Rabu, 30 April 2014

This Is Love..

Jadi gini, gue nemu ini..

Gue tahu, ngomongin cinta-cintaan mungkin terderngar sebagai suatu hal yang menggelikan. Tapi bagaimana cinta-cintaan itu bisa mempengaruhi kehidupan kita selalu menarik untuk disimak.

Secara ga sengaja gue nemu ini, HJ-Story, hasil iseng orang Jepang yang keren abis. cute. unyu. bikin deg-degan. Ga tau kenapa pas lagi ubek-ubek mbah google gue malah nemu yang ginian, cinta-cintaan. Hmm..  bawaan perasaan, mungkinkah.. X-D


Sabtu, 19 April 2014

Get Home


waktu masih belum akil balig dulu nyokap pernah bilang ke gue "jangan maen terlalu jauh dari rumah, nanti bisa hilang". Tapi gue berpikir, kalau kita ga pergi 'jauh' dari rumah, maka kita ga tahu ada dimana rumah kita sebenarnya. 

"dunia itu luas, kawan, jangan hanya duduk diam di rumahmu". kata seorang angga. temen seperjuangan. dengan kalimat ini dia jadi tidak terlihat dongo, seperti biasanya.

lalu di usia sekarang gue mulai paham arti pentingnya rumah. kadang kita ngerasa nyaman pergi ke suatu tempat, hanya karena bosan trus2an berada di rumah. namun lambat laun, tanpa perlu kita rencanakan, kita justru akan bosan dengan 'pergi' itu sendiri dan kenyamananpun digeser dengan kerinduan untuk Pulang ke rumah.

bagi gue, 'rumah' gak hanya bangunan tua 4 kamar, dengan TV, dapur, dan wastafel tempat gue biasa pipis. buat gue, rumah adalah tempat dimana gue belajar dan diajarkan tentang banyak hal.

misalnya, rumah adalah tempat pertama kali gue belajar bisa ngomong, dan diajarkan untuk hanya ngomong hal yang baik, sopan dan jujur, bukan yang sukanya nyanyi-nyanyi dengan biadab di kamar mandi. di rumah juga pertama kali gue belajar bisa berjalan dan diajarkan untuk hanya melakukan hal-hal yang baik, bukan mandi sore aja bisa sampe setengah jam di kamar mandi. (ini semua misal) (believe it or not)

rumah menjadi sarang tempat gue tumbuh dengan binal (ditandai dengan masa kecil sering tidur di lantai sambil telanjang, sejuk depan belakang vrohh...). rumah menjadi kotak menyimpan perasaan waktu lagi galau, jatuh cinta (sampai dijatuhin cinta), seneng dapet juara, memar berantem sama mas sendiri, atau baring-baring pake selimut lalu bilang "ma, adek sakit, hari ini ga sekolah ya..".

rumah menjadi berangkas, dimana gue menyimpan banyak kenangan dengan banyak potongan hati yang warna-warni. dan semakin kita menaruh potongan hati di suatu tempat semakin kita ingin kembali untuk sekedar 'menjenguk' dan mencicipinya lagi. ini membuat gue mengerti, kenapa yang namanya ikatan keluarga itu sangat kuat. dan kenapa ada yang namanya keluarga kedua atau rumah kedua. mungkin, disana, telah tercecer potongan-potongan hati yang sama.

di rumahlah, gue diajarkan nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan. tentu dulu gue menganggap orang-orang ini cerewet dan berkata hal yang tidak penting. but as time goes and i grew up, what had they said just like miracles.

seiring gue membesar dan bergaul dengan banyak orang, gue mulai terlalu sering bermain jauh dari rumah.

dulu buat gue buang sampah sembarangan itu 'tidak baik', perlahan 'tidak baik' itu gue geser menjadi 'kurang baik', hingga akhirnya menjadi 'tidak apa-apa'. jaman masih SD gue beranggapan mencontek adalah perilaku yang 'tidak terpuji' (setidaknya begitu yang tertulis di buku), di SMP 'tidak terpuji' itu perlahan bergeser menjadi 'sekali-kali engga apa-apa'. tiba waktunya unas eh malah jadi semacam 'sunnah muakkad'. gue ada di IPDN, and everything got to be worse now. mengenal kata-kata kotor, hingga terbiasa dengannya. atau sifat-sifat kotor, yang mulai menyerang membujuk. hmm.. mungkin, gue emang udah maen terlalu jauh dari rumah.

secara perlahan mulai merasakan apa yang waktu dulu disebut-sebut sebagai 'demoralisasi', atau apalah, sebagai hal yang beneran terjadi pada diri gue. merasakan perlahan nilai-nilai kebaikan itu bergeser. apa yang dimaksud nyokap "bermain terlalu jauh dari rumah" bisa jadi seperti ini. terlalu sibuk berpetualang, membuat gue hilang dari semua kebijaksanaan yang pernah ada di rumah. 'hilang'yang dimaksud mama gue mungkin juga berarti lupa dengan semua yang dia ajarkan, hingga pada akhirnya anak manusia tersesat dan tidak tertolong oleh siapapun. mama gue emang paling keren!

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

IB tanggal 17-19 kemaren gue naik gunung. lagi. entah kenapa gue emang suka banget ama 'gunung'. bentuknya indah, dan penuh emosi di setiap melihatnya. uohh..

gunung yang beruntung untuk gue daki itu adalah gunung Singgalang, 2877 mdpl. Tempatnya ada di kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Pos Pendakiannya di Koto Baru, tempat Tower-tower Stasiun TV didirikan. buat yang mau mendaki kesana, search ada di google. infonya banyak.

rombongan berisi 12 keong racun yang siap membasmi keperawanan. 11 madya, 1 nindya. dan kali ini di rombongan gue ada fatur. cukup istimewa, manusia otak habibie badan ikan teri ini nantinya jadi 'penebar berkah' dengan doa-doanya di sepanjang perjalanan. kita sepakat harus menambahkan S.Ag di belakang namanya nanti.

pendakian dimulai jam 18.00 dari pos stasiun TV, ngelewatin jalan Pimpiang, dan rimba terjal. sampai jam 22.30 kita tiba di batas rimba. kita putuskan untuk mendirikan tenda disini, di punggung cadas. dan setelah berbagai kericuhan saat kompor hampir meledak karena gas hi cook yang tidak dikunci, gue akhirnya bisa menikmati minuman paporit gue di atas gunung : wedang jahe hangat. uenaak.

you know, berada di rimba seperti ini tidak pernah seburuk yang kita pikirkan. atau yang orang tua gue pikirkan (yang dipenuhi dengan boyband kolaborasi antara gondoruwo, kuntilanak, elang raksasa). menurut gue rimba punya sincerety tersendiri. aroma alam bebas dari pepohonan yang ditiup angin, dengan bintang-bintang dan sruput-sruput wedang jahe. i always love a life like this. sensasi dingin dan lelah yang membuat semuanya semakin terasa lebih 'nyaman'. seru. dan bau. terutama kalau ada yang bakar-bakar kaus kaki basah dengan entah apa tujuannya. (yang belakangan gue sadar itu kaus kaki gue). there, at 2600 mdpl, tadinya gue mau tidur ala-ala 'sleeping beauty'. tapi fatur berkehendak lain.
#boom
"ini siapa yang kentut?"
"gue" jawab fatur, polos.
dan suasana malam itu mendadak berubah menjadi 'ryme in peace'.

terbangun jam tiga pagi dan memaki diri sendiri karena ga pake penghangat kaki, betis gue kram. sakit. gue guling kanan, guling lagi kekiri, sambil mengerang. bagus, sekarang gue kayak ikan paus abis disunat.

jm lima gue putusin untuk keluar tenda dan mulai membuat keributan dengan membuat simulasi gempa bumi di perkemahan. caranya, gampang, pegang kerangka tenda, goyangkan sekuat tenanga sambil kaki menirukan suara orang lagi berlari. voila!  maka seisi tenda akan berteriak dengan suka cita "Allahuakbar, gempa, Allahuakbar, ampuun yaolohh". ektrem, gue tahu. but it was seriously funny.

jam 05.20, sudah hampir tiba saatnya, gue ga mau ketinggalan bagian terbaik dari pendakian ini. gue mulai naik satu persatu batuan cadas sampai ketinggiannya cukup dan..... here comes the sunlight. eh, sunrise!.

Marapi about to sunrise, dan sinyal ajaib


















sunrise di punggung cadas, di gunung singgalang, di sini gue diem lama. mencoba meraba-raba  apa yang coba gue capai sampai sejauh ini, setinggi ini. gue duduk, menarik nafas paling dalam dan memejamkan mata, mencoba masuk ke dalam diri gue yang lain. setiap udara yang masuk hidung membawa aroma kehidupan yang belum tercemari. sejuk, senyap, dan hijau. gue buka mata, and again, gue meratapi bentangan bumi ini. "Negeri ini indah, Tuhan. Bantu aku menjaganya". kalimat yang menemani gue di lima puncak, terucap kembali.

gue masih duduk melamun. menikmati angin berembun menerpa wajah, wushh...... srot srott, sial hidung gue meler.

saat kayak gini enak buat memunculkan satu persatu perasaan dan menikmatinya. perasaan enthusiasme mulai dari ngumpulin anggota, ngumpulin duit, ketauan ama Pudir, sampai adukan emosi di tiap langkah mendaki semalam. teriakan, tawa, jatuh guling-guling, dongkol, semua jadi terasa lebih manis sekarang. sampai tanpa sengaja tiba-tiba melamunkan seseorang. (sumpah, orang itubukan fatur).

20 menit dari camp adalah target tujuan, Tiang dengan angka 0, artinya kita udah nyampe Telaga dewi. Telaga Dewi ini semacam kawah yang mati trus diisi aer ujan. viewnya keren. mengingatkan pada ranu kumbolo. hehehee. here, we have some nice breakfast of coffee and bread.

Boyband bernama One Direject

#Kayang Everywhere

Kayang di hutan lumut #Kayang Everywhere

Bang, Villa, Bang!

Fatur : Bukti Hidup Teori Evolusi Darwin

Niatnya sih biar keliatan euforia, apa daya malah jadi autisria

Pohan : "Rasanya ruarrrr biasa"


Telaga Dewi memang bukan puncak dari Singgalang. masih ada 20 menit lagi melewati hutan lumut (yang cool abis). so, abis dari puncak (yang ternyata ketutup awan semua) kita langsung balik ke camp. dan terus turun menuju jalan pulang. perjalanan turun gunung lebih cepet, cuma sekitar 2 jam.

well, folks, maen kali ini emang cukup jauh. tapi sepertinya gue berhasil untuk tidak 'hilang'. Home is still the best place to cry, as wastafel is the best place to piss, isnt it?

Sabtu, 12 April 2014

Update Selingan..... again

Masih update selingan.. dan gue bingung, kenapa 'selingan'nya jadi banyak banget

Kita baru aja ngerayain ulang tahunnya koordinator kontingen Jatim XXIII di Sumbar. Dan kalau ada yang bilang hari ulang tahun adalah hari yang membahagiakan, mungkin dia harus coba ulang tahun di sini.

dimulai dari pertemuan yang biasa saja..... dan berakhir tragis!

Sesaat sebelum kejadian. Masih ganteng seperti biasa.

It is Batistha, actually

Tiup mass tiupp, kalo ga ntar eke yang hisapp

Tindakan tidak manusiawi (IPDN undercover)

NEW!! Super Ultra Creamy Sweet Facial Foam. membutakan dalam 2 minggu



Semriwiingg.... atis 'anune'! :3



















Gue baru beli sepatu baru buat mengakhiri penderitaan jempol gue yang telah lama gue biarin menjuntai indah dan kedinginan setiap aerobik pagi. Adidas white blue IDR 160K. Gue beli di pasar atas Bukittinggi. Dan satu hal yang gue notice belanja di pasar atas Bukittinggi : kalo kita nanyain harga sama abangnya pake bahasa minang itu sama dengan menawar seperempat harga yang ditawarkan. if you get lucky, kita bisa dapat barang dengan setengah dari harganya. Dan gue, bahasa minang aja ciek ciek, kalo disuruh nawar palingan diturunin 500 perak doang udah syukur.

Beruntunglah gue belanja ditemenin Pu, kenalan dari bengkel kreasi (hai pu....!) yang udah berbaik hati memberikan jasa tawar menawar buat gue. terimakasih pu, anda telah mendukung Gerakan Cepat Kaya (Gercepka) 2014! dengan ini berkuranglah satu rakyat miskin negeri ini. yeahh..

(Mungkin menawar-harga-barang-di-pasar emang harus jadi mata kuliah khusus di sini)

Sebelum pulang gue sempetin foto ama binatang-binatang mirip gue di sekitar jam gadang. Disini kita bisa maen ama pets pets peliharan Jam Gadang Reptile Community (JGRC). kebanyakan emang reptil, tapi gue beruntung bisa dapat special guest "Lulu" si musang bulan.

Easy Lulu... come to papa



























sepuluh rebu untuk ambil gambar satu ekor hewan. Bayangkan kalau ada seratus orang katrok kayak gue (yang doyan bawa gendong pet orang kemana-mana), bisa beneran kaya tuh JGRC. huehuehuuee. #ditimpuk pake kotoran Lulu

Sabtu ini emang asik-asik aja, ga ada hal kampret seperti yang biasa terjadi (daleman hilang, razia kumis, dan laen laen). bangun pagi, makan, apel, hahahihi, nganiaya anak orang sampe binatang piaraan orang. everything gone very okay. dan ini bikin gue mikir, keluarga gimana kabarnya ya?

holy crap. Homesick ini emang ga sopan, datangnya ga pake permisi.

Gue tiba-tiba kepikiran rumah. Ya, malam-malam gini gue kepikiran rumah. Mama lagi ngapain ya? Bokap pasti lagi ngopi di warung. Mas gue? ah, pasti udah adu ngiler ama Nayla. apa hari mereka se asik hari gue sekarang? apa menu di rumah hari ini apa ya? Damn, i really miss them, God.

kita emang ga bisa merasakan bagaimana berharganya memiliki sesuatu sampai sesuatu itu ga bisa kita miliki lagi atau mungkin 'hilang' dari pandangan. Gue lagi ngerasain ini, kehilangan. bukan, justru gue yang menghilang dari kehidupan di rumah gue. Dan keluarga gue, gue pasti bakalan kehilangan mereka. its just a matter of time now.

gue udah kehilangan om gue. lalu nenek gue. lalu nenek gue lagi. entah kapan tiba waktunya buat kakek gue, lalu bokap, lalu nyokap, mas gue.... satu per satu, atau mungkin bersamaan, orang yang paling kita cintai dan kita tidak ingin kehilangan, pada akhirnya harus 'hilang' dari pandangan kita.

tidak ada yang abadi dari seorang anak manusia kecuali pemikiran dan kenangan yang dia tinggalkan. tidak ada yang paling indah dari sebuah generasi kecuali cinta dan kebijaksanaan yang dia wariskan. potongan-potongan hati yang bisa terus diwariskan, kepada anak manusia, dan kepada anak dari anak-anaknya yang lain.

mungkin kita memang harus pergi, pergi jauh, agar tahu kenapa kita harus pulang, agar tahu siapa yang kita rindu. belajar untuk kehilangan. gue rasa gue harus make some call setelah ini.
April, 1st, via Facebook
mencoba masuk ke pasar Baso kemarin, tepat disaat keramaian. dengan pakaian dinas dan kewiraan yang angkuh. dengan sepatu PDH dan postur tinggi yang membuat bisa melihat ke segala arah tanpa terhalang apapun. merekam nuansa masyarakat pasar yang masih tradisional, mencium aroma harmoni desa. dan gemericik air gerimis yang turun terhalang terpal-terpal para pedagang pasar. oh, cuaca yang semakin menguatkan karakter pasar. hingga keras menghantam, menghilangkan kesadaran, membawaku pulang ke rumah. mengusik memori, ke tempat dimana kios pedagang buah tempatku biasa menunggu ibu belanja. dan penjual ikan, ayam, gayung panci dan alat dapur lainnya. dan hamparan obat dan ramuan. dan juga premannya. biasanya kalau sudah melihat preman aku akan bersembunyi di balik keranjang buah dagang milik tante. karena paman itu sangat usil kepadaku. dan ketika sudah diusili, aku hanya bisa memanggil-manggil ayah yang sedang ada di sawah.
tapi sekarang aku tidak lagi perlu untuk bersembunyi dibalik keranjang buah. ibu juga tidak akan membawaku ke pasar lagi karena kakak ipar sudah menggantikan tugasnya untuk belanja. dia terbiasa sendirian karena suaminya yang kakak kandungku tentu menjaga anaknya di rumah. dan ayah, kudengar ayah sudah 2 bulan ini tidak bisa ke sawah karena luka di kakinya tidak kunjung sembuh. memang resiko orang diabetes, leukositnya tidak bisa bekerja dengan baik.
dan rumah, apa kabarmu? kudengar Gedangmas sekarang kepala desanya baik ya? Lumajang juga makin go internasional, semoga semakin banyak orang yang sadar akan potensi hebat pisang lumajang, my beloved banana city. tapi kenapa Randuagung tidak ada kudengar kabarnya? wah wah, jangan sampai nanti camatnya dimutasi lagi lho.. hihihii.
rumah, aku titip keluargaku ya. aku titip ibu dan ayah (eh, dinding pembatas kamar mereka dan kamarku masih retak?). aku titip juga keponakanku, keliatannya dia bakal makin liar dalam berlari dan menari ke semua sudut. hehehe. dan kakakku, dia baru saja ulang tahun, beri saja dia kado istimewa seperti the paralyzer yang ada di kamarku, pindahkan ke kamarnya..
rumah. tunggu kedatanganku ya. aku merindukanmu, dan desaku disana. bagaimanapun, desaku tetap yang terindah. seindah permainan kelereng hingga waktu magrib, atau gobak sodor yang tidak pernah sepi dengan gelak tawa anak-anak desa, teman-temanku. dan aku tidak pernah marah, meski sungai di desaku hampir menenggelamkan aku ketika banjir saat hujan sore itu. kau tetap yang paling indah di hati. sepertinya 3 bulan lagi kita baru bisa bertemu. dan saat itu, aku ingin kamu, dan seluruh keluargaku, utuh. agar kita bisa menonton TV sama-sama lagi.

(When you miss your family, you dont need to be ashamed to say a word)

Update Selingan

write what the most you feel like to write. well, gue pengen nulis ini..

update selingan..
@12 April 2014

Seminggu ini bikin gue ngeden di otak. Deadline sana-sini : deadline makalah, deadline kader sekretariat, deadline kader GAP, deadline mengakhiri makan nasi goreng Woro-Woro (serius, ini masuk daftar deadline gue) dan sekoper deadline lain yang ngantri. Jadi, kalau dalam seminggu gue ga update lagi, kemungkinan besarnya gue udah jadi dead-man. !@#$%$@^

Untungnya gue bisa melewati deadline-deadline itu dengan cakep dan kalem (padahal mau pup aja sampe ditahan tiga hari). Salah satunya yang paling bikin lega adalah buku kader sekretariat yang udah selesai + dikumpulin.

Buat yang ga tau, sekretariat adalah organisasi yang menangani penyelenggaraan rumah tangga Wahana Wyata Praja (semacam Badan Eksekutif Mahasiswa, tapi rambutnya cepak). Dan gue lagi jadi kader di situ.

Buku kader inilah yang paling berjasa bagi penjualan obat migrain. Atau kalo ga migrain pasti patah leher. Tugas-tugas yang dikasih semuanya stealing job (kerja cepat). 13 tugas dalam sebulan memang cetek banget. Tapi kalo judulnya satu proposal dalam dua jam, itu sih ketek banget. Keteknya basah lagi. Jelek, menjijikkan, dan mampu membunuh seekor paus betina dalam sekali hirup. Dan semua tugas itu harus ditulis di buku kader. You know what, H-3 gue baru sadar, GUE BELUM NULIS sama sekali (#suara gledek di kejauhan). Menyadari hal ini gue sempet mau bunuh diri dengan minum segalon es baygon. Tapi tuhan berkehendak lain.

Sekarang, gue udah pasrahin hasil pekerjaan gue untuk dinilai abang-abang nindya praja. Gue ikhlas apapun hasilnya. Gue redo dunia akherat. Gue siap. Tapi kayaknya bakalan ada seorang yang berat banget ngelepas buku kadernya. Sebut saja pepi, korban cinta anak manusia dengan sebiji buku kader. Saking cintanya dia rela tidur di pangkuan si buku kader. uohh, totwit gitchu loch... dia adalah sasuh kader, rekan kerja, partner in crime dan tukang nasi goreng kebanggaan. berikut penampakannya.. ^_^

Ini adalah contoh pemuda yang bekerja keras, lihat, tidurnya saja keras. (model by : Bang Pep Ganteng)



O ya. Si pep ini orang jambi lho, jadi kalo yang baca kebetulan orang jambi boleh deh titip nomor hape*

)* khusus cewek. cowok jaga jarak!


Minggu ini masuk minggunya olahraga. Seminggu kedepan bakalan rame kegiatan lomba-lomba olahraga. Rangkaian kegiatannya bernama Pekan Olahraga Integrasi Praja atau PORSIPRA. semua praja udah dibagi ke dalam 3 kontingen besar 'Abdi Praja', 'Dharma Satya' dan 'Nagara Bhakti'. Entar, masing-masing kontingen bakalan ngirim utusannya di cabang-cabang olahraga yang akan dipertandingkan. Tentu ketua kontingen akan mengirim semua atlitnya yang profesional. yap, profesional, termasuk gue, yang seperti biasa akan berlaga sebagai cheers leader profesional. rumbai mana rumbaii..

Menurut jadwal, kegiatannya beneran seminggu. Dan hari ini acara pembukaannya dibikin mirip pembukaan olimpiade. Barisan-barisan dari masing-masing kontingen berjalan ke hadapan 'juri' dan ber'parade'. Namanya integrasi, sudah pasti madyalah pemain utamanya dengan nindya sebagai sutradara tanpa-batas-kekuasaannya. Dengan bermodal mental dan pangalaman jadi shuffle dancer amatiran, kami semua, anak-anak bangsa yang sayang kepada orang tua, berjoget ala-ala indian kena setrum....

Bang Arif & Dwi, Kak George, Daeng Haider. They are Bandit, eh, sokam...



















WARNING : Next pictures might have harmfull contain. 18+ only


Kontingen Abdi Praja. Hulalaa..

Teh Rissa, dan kontingen Dharma Satya yang budiman. yeaahh...

Dharma Satya You Rock....!!!! (#Rumbai kanan rumbai kiri)

Mesjid Baru, Marapi dan Oplosan





Adegan ini dilakukan oleh profesional


















Gue baru dapat kalimat keren dari timeline senior gue, "Produktivitas orang yang bekerja dan yang diam itu beda". well, it is totally true, we all know about it. tapi mungkin hanya sekedar tahu, tanpa mau mengerti. kalo di postingan gue sebelumnya seperti "orang yang menghargai waktu akan mendapatkan waktu yang lebih berharga". Ya, mungkin hal seperti ini hanya akan menjadi sebatas tahu, tanpa sebuah pengertian. seperti dua orang yang kesal karena terlalu rindu.....

Selasa, 01 April 2014

"Masih Ingat Saya?"

Gue maklum, kalau ada orang yang ngira gue adalah hasil peranakan orang jawa dengan manusia inca yang bisa tidur sampe mati. Mengingat kebiasaan gue sering molor di kelas akhir-akhir ini. Yap, mahasiswa tulen, malamnya begadang, siangnya mapan di kelas. Gue merasa keren, kaya batman epilepsi.

Dulu gue percaya kata orang tua kebanyakan molor bikin orang cepet lupa pelajaran di sekolah. Belakangan gue sadar, orang tidur mana bisa inget sekalinya ada badak masuk kelas?

Gue pernah melakukan penyelidikan, dengan teori bahwa sifat diturunkan lewat gen, gue menemukan bahwa kekuatan molor gue ini mirip ama : mas gue. Yap, mas gue, si manusia ngorok. Kalau orang molor diidentikan dengan Kebo, maka mas gue bisa diidentikkan sebagai Kebo Mabok Lem. Tidurnya itu yang tidak akan tergoyangkan meski tsunami chile beneran nyampe ke indonesia. Pulas banget gitu. Digiles mobil aja belum tentu bangun tuh. Pernah gue ama nyokap pulang dari kondangan jam sembilan malem dan sialnya pintu udah kekunci semua, semua, jendela wc juga. Dan mas gue dengan khusyunya molor ilernya ngeces dimana-mana. Gue udah nyoba gedor2 pintu sampe tangan ampir buntung, eh, kagak mempan. Setelah dua jam perjuangan dibantu tetangga, akhirnya gue ama nyokap tidur di rumah tetangga. Besoknya mas gue dipecat sebagai anak. Khukhuu

Tidur memang kebutuhan semua makhluk. Tidur, molor, sleeping, atau yang identik dengan ngiler-yang-tanpa-diakui-dan-disadari, sudah dilakukan sejak makhluk pertama diciptakan di bumi. Semua orang suka tidur. Beberapa malah hobi tidur (ada yang pernah nulis hobinya "tidur" selain keponakan gue disini?). Makin tua orang makin sering tidur. Sesuai dengan hkum newton 1 : kebutuhan tidur berbanding lurus dengan usia (ngarang).

Kenapa gue jadi ngomongin tidur yak? -_-

Oke cukup ngelanturnya, here it is, gue inget, gue mau ngomong tentang nenek gue. Dan nenek gue itu suka tidur lhoo (maksain, biar nyambung).

Gue sayang nenek gue. Cusanek (cucu sayang nenek) itulah gue.

Bisa dibilang nenek udah jadi ibu kedua gue. Sebagian besar masa kecil gue abisin buat maen di rumah nenek. Mulai rumahnya masih dari bambu dulu sampe sekarang udah tembok semua. Nenek guelah yang masakin gue makan, ngerawat gue kalo sakit, dan nyuruh tgue urun kalo lagi ketauan nyolong mangga tetangga. Nenek dan kakek (dari bokap) adalah duet maut yang ngajari gue ngaji dan sholat. Tiap magrib sampe isya gue mengaji al-quran sama kakek dan nenek gue. Seenggaknya sampai gue lulus smp, dan pindah ke kota buat ngelanjutin sekolah gue.

Nenek gue, entah dengan alasan apa, suka banget sama nama gue. Dia yang pertama ngasih tau arti nama Firdaus di nama gue. "itu nama surga Allah yang paling bagus, kalau tole rajin sholat nanti tole bisa masuk surga Firdaus". Gue bengong, nenek bicara dengan bahasa jawa-madura yang campur aduk didepan bocah yang bahkan belum bisa ngebersihin ingusnya sendiri. "nenek juga masuk surga? kan nenek rajin solat?", nenek gue menjawab "iya, nanti kakek, nenek dan robi bisa ketemu di surga Firdaus". And i remember how romantic that afternoon was.

Makin tua, nenek gue makin pikun. Dia makin lupa satu persatu mulai dari hal yang tidak penting sampai yang sangat penting (seperti lupa jalan pulang dari sungai) dan yang amat sangat penting sekali banget (seperti lupa gue ini anaknya siapa -_- ).

Gue ga nyalahin nenek. Usialah yang memaksanya melupakan hal-hal itu.

jalan pulang kerumah, tempat nyimpen panci, kunci pintu rumah, dan cucunya : gue. nenek lupa, mulai dari wajah gue, suara gue, sampe kenyataan bahwa gue ini cucunya. Dan mungkin juga cucu-cucunya yang lain. Jadilah tiap gue pulang ke rumah nenek gue cium tangannya sambil bilang "ini robi, cucu nenek". Meski kadang butuh tambahan 10 menit untuk benar-benar mengingatkannya.

Nenek gue emang udah tua, dan dia mulai lupa banyak hal. Yang gue tau sih, satu-satunya yang sering nenek gue omongin adalah kepergian om gue, anak keduanya, adik bokap gue. Tiap gue datang, apa yang dia pesankan adalah untuk mendoakan om yang udah pergi meninggalkan dia lebih dulu. Selalu itu, selalu dengan nada lirih dan dengan mata yang berlinang. Setiap kalinya gue lihat raut kehilangan dari wajah nenek. Segitu sayangnya nenek ama om. Mungkin karena omlah anak yang paling perhatian ama nenek gue. *Pesan moral : berbakti kepada orang tua bisa ga dilupakan.

Masuk IPDN, hubungan gue ama nenek jadi makin jauh. Banget. Gue cuma bisa pulang enam bulan sekali, di satu sisi nenek gue terus kehilangan daya ingatnya. Jadilah setiap gue pulang ke rumah nenek gue cium tangan nenek sambil menambahkan beberapa kata dibelakang kalimat yang biasa gue ucapkan "ini robi, cucu nenek, masih ingat?".

You know, it felt a bit rough.
Dari sini gue udah merasa, gue udah kehilangan nenek gue.

Makin lama gue makin sering bilang "ingat saya?" ke nenek gue cuma buat dapetin ingatan dia bahwa gue masih cucunya. Cucu yang namanya paling disukai. Cucu yang suka tidur dipangkuannya waktu jagain jemuran padi sore-sore. Cucu yang sering ngilangin sendok buat buat maen oasir-pasiran.

Sekarang, jangankan arti nama gue, bahkan gue anak siapa nenek lupa. Gue takut kalau-kalau gue masuk rumahnya tiba-tiba diteriakin rampok.

Nek, cucumu rindu.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Makin dewasa kita ngerasa waktu berjalan cepet banget. Sambil menyalahkan banyaknya pekerjaan atau jarum jam yang berputar terlalu cepat, memunafikkan bahwa sebenarnya kitalah yang kurang bisa menghargai pentingnya 'waktu'. You know, time is money, in fact money can't buy your time back. Orang kaya pun tidak bisa hidup lebih lama.

Tanpa kita sengaja, waktu telah membawa kita pada tempat dimana kita berada sekarang. Gue lihat sekeliling kamar, gue lihat badan gue sekarang, gue lihat jauh ke dalam diri gue sendiri. Dan gue sadar, gue ga pernah merencanakan 'all of this part of me'. Waktu yang membawa gue jadi bocah 170 cm (which is taller than siblings), punya seragam dinas, punya temen dari nusantara. Waktu yang bertanggung jawab atas keriput-keriput di wajah nyokap.

Dan,
Waktu jugalah yang membawa satu persatu orang di sekitar kita pergi meninggalkan kita.
yap, kita tidaklah abadi.

Waktu yang berjalan sekarang tidak pernah kita pinjam dari orang lain. waktu yang kita jalani adalah life period milik kita sendiri. menyia-menyiakan waktu sama aja membuang hidup kita sendiri.

Gue benci banget ama orang yang suka mengeluhkan keadaan. Yang uangnya habislah, yang tugasnya numpuk, atau yang jenggotnya udah nyentuh mata kaki. Menurut gue orang seperti ini ga mau menerima takdir yang bahkan dia belum tahu seperti apa akhir ceritanya. Orang seperti ini hanya menginginkan keadaan yang sudah menjadi kebiasaannya. Dont you ever heard that special thing is always an out of the box thing? dan pada akhirnya orang seperti ini akan mati dalam kebiasaannya. Kebiasaan yang juga menjadi kebiasaan orang biasa. Kebiasaan yang nyaman. Yang ketika waktunya tiba kita mati, dan dilupakan begitu saja.

Someone ever said, success is not about living forever but creating something that will.
Sesuatu yang hidup terus. Dan investasi sebesar itu depositonya adalah 'waktu'. waktu yang digunakan untuk berbuat sesuatu yang bisa diinget banyak orang untuk waktu yang lama. Karena gue percaya, Ingin hidup kita dikenang atau dilupakan sepenuhnya kitalah yang menentukan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

25 maret 2014, waktu memberi gue kenyataan pahit kalo nenek gue udah harus pergi menghadap Sang Azza Wa Jalla. Gue ga liat secara langsung, tapi gue yakin nenek gue pergi dengan tenang. Dia nenek yang baik, hamba yang taat, sosok nenek yang ga akan dilupain.

Tidurlah nek, sekarang nenek bisa tidur dengan tenang. Nenek gue mungkin lupa jalan pulang ke rumah tapi tidak akan kehilangan jalannya ke Firdaus, surga kesukaannya.

Dan sekarang di hari ketuju kepergiannya, gue masih berharap bisa ketemu nenek dan bertanya untuk satu kali lagi "masih ingat saya?"