Sabtu, 09 Juni 2012

Malang, di Bis, dan Masa Depan

kali ini gue bakal omongin hal yang rada-rada bener. emang, banyak hal yang suka nyelip dipikiran kita buat kita pikirin. mesi kadang kita males buat mikirinnya, ato bahkan gita ga tau harus mikirinnya gimana.... tapi kita tetep kepengen mikirin. hayoloh.. life is simply complicated. seperti cerita gue kali ini.
this next story, it is a bit touchy

4 maret kemaren gue abis dari Malang. buat yang ga tau Malang, gue terangkan gue engga sedang kena kutuk sehingga ketiban sial, Malang disini bukan semacam Nasib. meskipun akhir-akhir ini gue sering banget digebukin si Tapir. Malang disini adalah pencuri rumah. eh, itu Maling, ding. oke, Malang adalah Kabupaten yang terkenal dengan Kota Apel. Malang juga dikenal sebagai tempat dimana kakak sepupu gue ngabisin duit bokapnya dengan kedok kuliah. wajah ganteng emang bisa bikin budget pacaran abang gue ini ga terkontrol. dan Malang adalah tempat diadainnya Try Out Nasional USM STIS untuk regional Jatim (Jago Timpuk).

dan ya, gue mutusin ikut, tanpa satu ekor manusiapun dari smada yang ikut. alasan utamanya, tanggal 5 UAS. dan mereka ketakutan. seolah "UAS" adalah mantra yang bisa mengutuk mereka menjadi kalajengking kepala tengu. saat itu mungkin mereka belum sadar, kalo UAS brarti...... gotong royong, muehehehee.

praktislah perjalanan gue kali ini menjadi perjalanan pertama gue naik bis sendirian. semacam jadi sasaran empuk buat om-om maho gentayangan. itupun kalo ada yang mau sama gue. hueheheehee

semua bekal udah siap : uang, minuman, dan pantat (yang bugar), 4 hours travel should be much stifling. pantat gue pasti six-pack. luckily, gue punya 'Tapir' di hape. mesi banyak ditinggal ngilernya. hell yeah.

on the way there, beruntunglah gue ga beneran ada om-om maho gentayangan, tapi ada sesuatu yang lebih touchy..

............................................................................................................................................................

semua berjalan oke-oke aja (dalam hal ini 'oke' bisa dibaca 'bosan yang tanpa gangguan') sampai satu dari sekian banyak pengamen yang udah naek bis gue adalah seorang bapak-bapak, tua, tak terawat sama sekali. kulit wajahnya hitam dan mengkriput, kira-kira 57 tahunan lah. ujung rambut sampai ujung sendal jepitnya klimis-klimis berantakan, lusuh, dan berdebu. memakai jaket army hijau gelap yang tebal, celana rombeng banyak bolongnya (gue bersyukur bolongnya ga di selangkangan). dengan gitar nilonnya, ia mangap, giginya jarang, ia bernyanyi dengan suara yang tidak biasa. suaranya melengking, lirih, ga enak. dari suara melengking, lirih dan ga enaknya itu terdengar seolah ia telah membawa kenestapaan hidup yang luar biasa. hidupnya seolah telah penuh sesak dengan beban-beban berat bejibun. hingga pada akhirnya, dengan lagunya yang tak terdengar jelas, ia tampak begitu menyedihkan buat gue.

selesai nyanyi, dia ngeluarin kantong bekas permen FOX dan mulai menengadahkannya ke penumpang-penumpang dari kursi paling depan ke belakang. lebih bikin miris lagi, setiap ia menengadahkan kantungnya si bapak, dengan suaranya yang serak-serak tsunami,  berkata "sedekahnya paak / buu" lalu diikuti "terima kasiih paak / buu" diberi, ataupun tidak.

saat itu, yang terlintas dikepala gue adalah : dimana keluarganya?. bapak-bapak ini udah ga seharusnya ngamen, dia ga punya bakat dan wajahnya udah  lusuh letih. kemana sanak saudaranya? tidak adakah yang mau menampungnya? terlebih, kemana anaknya? keluarganya? kenapa ia ditelantarkan?


dalam situasi yang touchy seperti ini gue jadi banyak berpikir tentang banyak hal. you know, dalam hidup kita diberi banyak pilihan.pilihan untuk mendapatkan atau melakukan sesuatu diatas sesuatu yang lainnya. satu diambil, satu akan ditinggalkan, dan begitulah alamiahnya. kita memilih, melakukan dan menetukan semua hal dalam hidup ini berdasar petimbangan pribadi akan kebutuhan kita. and yes, kita juga yang menerima konsekuensi atas pilihan kita. this is what called as "opportunity cost".

kadang gue berpikir bahwa Tuhan memang tidak membuatkan kita satu takdir, tapi menyediakan rancangan-rancangan takdir yang bisa kita pilih. contoh gampang kalo kita milih makan di warung A berarti kita udah menolak takdir untuk berjalan, berinteraksi, dan makan di warung B. dan keputusan untuk memilih warung A itu sendiri hanya karna kita kepengen aja makan disitu. gak ada kendala lain yang memperngaruhi kita. we do it by our will.

sedikit agak komplek, seperti jika kita memilih untuk menjadi seorang pengamen di bis-bis, berarti kita udah membuang takdir kita menjadi seorang pedagang. membuang segala kemungkinan berkehidupan lebih layak dan lebih baik. dan keputusan itu kita pilih karena faktor dalam diri kita sendiri : hobi, cuma pengen, ato bahkan males ajah.

lebih kompleks lagi, di masa-masa muda / masa-masa penentuan kehidupan masa tua, jika kita memimiih takdir untuk hidup lebih santai-santai, facebookan, skateboarding, hang out sana sini, maka kita udah membuang takdir untuk membaca buku, melakukan penelitian, berinovasi dan menjadi seorang yang lebih pandai dari sekarang biar jadi seorang ilmuwan, orang kaya, atau orang sukses lainnya. dan pemilihan itu paling sering memang datang dari kemauan kita sendiri. yang berarti, Tuhan sudah menghilangkan semua hal yang 'mengharuskan kita memilih', sehingga pemilihan mutlak berada di tangan kita. bingung?? sama. begini kalau gue beri gambaran kompleksnya :

plot : anak-anak --> remaja --> pemuda --> dewasa --> mati

nah, dalam hidup kita, sadar atu tidak kita bisa memilih antara skenario hidup a ;

skenario a :
maen bola, tidur, bolos --> nyantai, facebook, smsan, pacaran ---> foya-foya, do what i wanna do, cepet-cepet nikah ---> less skill, hidup susah, kerja susah, emosinal, kriminal --> mati tanpa kesan

atau skenario hidup b ;

skenario b :
rajin baca, pramuka, ngaji --> giat belajar, lomba-lomba, berprestasi, --> exploring the world, berbakti, inovasi, gak nikah sebelum sukses, banggain ortu, ibadah ibadah ibadah --> hidup layak, bahagia, kaya raya, baksos --> dikenang sebagai orang sukses dari dinasti keluarga sendiri.

atau skenario-skenario lain yang bisa kita kita pilih. karena seringkali (contoh) kita lebih memilih facebookan ketika tersedia waktu buat ngerjain PeeR, kita milih tidur ketika ada waktu buat olahraga, atau kita lebih milih belanja ketika ada kesempatan untuk menabung. we often spend our time to do what we wanna do rather than what we shall to do. hingga pada akhirnya banyak orang mengeluhkan kenapa Tuhan memberi mereka hidup yang berat, dengan tidak menyadari bahwa sebenarnya Tuhan telah menyediakan jalan lain yang lebih menyenangkan. tapi mereka menolak.

guru gue, Mr. Sutrisno, pernah bilang ke gue "anggaplah Allah memberi kita 1000 point kesempatan, 500 point kegagalan dan 500 point kesuksesan, maka selagi kamu muda dan bertenaga habiskanlah 500point kegagalanmu dulu sehingga di kehidupanmu kelak di setiap usaha yang kamu lakukan tidak akan ada kesempatan lain kecuali kesuksesan". yang dalam ringkasannya bakalan jadi "berakit-rakit kehulu, berenang di empangan".

kita semua punya masa muda untuk belajar, untuk berlatih, dan untuk mempersiapkan masa yang akan datang hingga ajal menjelang. percayalah bahwa Tuhan tidak pernah tidak menyayangi umatnya. Tidak ada Tuhan yang menakdirkan umatnya untuk selalu sengsara, we can stiil choose our own schenario of life.

dan waktu gue di bis ini, gue jadi mikir, skenario seperti apakah yang udah bapak pengamen ini jalani hingga hidupnya tampak begitu menyedihkan seperti ini?

orang bisa aja ngebantah argument dengan bilang "hidup itu ga semudah kita mengucapkannya", buat gue ini ga bisa jadi alasan, karena cuma bakal jadi penghambat. just like albert einstein said "jika fakta tidak sesuai dengan teori, maka ubahlah faktanya". tidak ada tempat bagi orang sukses untuk beralas-alasan. alasan yang tersadari, maupun yang tidak.

ga sedikit gue temuin banyak orang yang kekeuh megang prinsip justru salah mengartikan prinsipnya. satu yang paling sering adalah, "be yourself". wew, sekilas, kalimat ini mengandung kekuatan besar yang dapat mengantar seseorang menuju kepribadian yang tak tergoyahkan. emang. tapi kalo kalimat ini dipake orang yang udah mulai prustasi ama keadaan, bakalan jadi merepotkan. katakanlah seorang bule america datang ke kraton jogja. kalo si bule gambreng make prinsip "be yourself" dan kemana-mana cuma make beha doang, ya bakal diusir lah. syukur-syukur kalo ga disate ama si sultan. so, prinsip ini menurut gue perlu diganti. orang sih boleh-boleh aja jadi apa yang mereka pengen, tapi kita juga peru liat kondisi dan tuntutan di sekitar. kita mampu melihat, kita bisa mendengar, kita perlu bertindak. jadilah seperti apa yang orang lain minta kepada kita, dengan cara kita sendiri. so, "be your growing self".

contoh lain dari dalam negeri, orang-orang jawa sering make kalimat "urip kudhu disyukuri, ngene ae cukup" di dalam rumah yang udah hampir rubuh. oke, kalimat ini emang harusnya dipake buat mensyukuri nikmat Tuhan, tapi ga harus tetep begitu-begitu aja dong? harus ada passion untuk berubah sehingga nikmatnya lebih nambah dan kita jadi lebih bersyukur.

well, uang emang bukan kunci kebahagiaan, tapi pasti sangat membantu. setuju?

balik ngeliatin si bapak, gue jadi berpikir seperti apa hidup gue kelak. sejahtera, abiasa saja atau berujung seperti bapak ini? who knows. semua yang bakal gue adepin waktu tua ntar tergantung gimana gue ngadepin masa-masa sekarang.

gue juga percaya banget ama konsep 'kehidupan berputar kayak roda'. yang susah sekarang bakal hidup seneng suatu saat, entah bagaimana caranya itu. Tuhan udah punya skenarionya. gue pun mulai sering ngebayangin kehidupan gue di masa depan, penuh glamour. merancang dan mengawang skenario-skenario kehidupan gue yang fenomenal.  gue pengen kaya raya, itu yang pertama. lalu dengan kekayaan gue, gue bikin hidup gue berguna buat orang lain. gue pengen berangkatin haji ortu gue, bikin tempat usaha yang gedhe, punya banyak karyawan, punya campground biar bisa maen-maen ama temen n keluarga, dan banyak-banyakin bhakti sosial. gue ga mau hidup gue berlalu biasa-biasa aja, kayak kebanyakan orang ngabisin hidupnya, seperti angin lalu ; datang, singgah, pergi, dan ga ada orang yang ingat kapan terakhir kali gue jalan bareng lereka. terlebih kayak angin kentut yang berlalu, kedatangannya cuma bikin kesell.

gue pengen dikenang. gue pengen pas pemakaman gue entar banyak yang ngelayat dan doain gue. bahkan setelah puluhan tahun gue meninggal orang-orang tetep mengenal gue sebagai sosok yang baik dan apa adanya, sehingga orang-orang yang pernah kenal gue mau berpesan kepada anak mereka "tiru, jadilah seperti Robi zam-zam". yah, setidaknya gue bisa tetep hidup lewat semangat gue.

gue selau pengen hidup gue lebih berarti dari orang lain. dengan konsekuensi, gue ga boleh nyante-nyante aja dimasa sekarang, gue musti berusaha yang lebih dari orang lain.and i will take it.

.............................................................................................................................................................

setelah menaruh beberapa receh di kantung si bapak (gue jarang ngasih uang ke pengamen, ini karena udah beneran kasihan) gue kembali ke dunia nyata.

gue dijemput diterminal Arjosari. dari lamanya abang gue dateng, sampe-sampe sebungkus Nissin crispy cracker nyaris habis, gue sempet berburuk sangka bahwa selain abang gue dimalang ska berfoya-foya juga kerja sambilan jadi babi ngepet. jadi sebelum nyusul gue, abang masih sibuk berubah jadi manusia lagi.

ternyata gue salah (yaeyalah), ternyata kos.an abang gue emang lumayan jauh dari terminal arjosari.thanks banget bang, udah mau repot-repot nyusul gue, jadi ngerasa bersalah udah nyela-nyela loe tanpa ijin.

malem itu gue santai-santai, ngemil Nissin crispy cracker (iye, gue doyan banget), sholat, ama makan bekal masakan nyokap. sedikit keganggu juga ama botol-botol 'jamu' yang ada di kamar abang gue, tapi gue mencoba tenang, kalem, dan ga ikut-ikutan mabok (#lho?)

besoknya, setelah hampir prustasi muter-muter kota malang, tibalah gue di sman3malang. tempat perhelatan akbar itu dilakukan. hell yeah. gue dan 163 peserta yang lain ngerjain soal try out usm stis. dan hasilnya ga buruk, gue peringkat 6 jatim. dengan nilai matematika adalah 7, yup, dari 60 soal, bener 7 salah 14 sisanya kosong, BEGO BANGET SIH BOOORRR. gue emang payah di matematik. tapi soalnya emang susah-susah abis. sempat ada beberapa yang stress trus gundulin rambutnya ditempat. ini saking susahnya soal. sebagai bukti, kemarennya gue ngerjain soal di buku matematik si Nayla yang masih PAUD dan bener semua lho. hohohoooo.... #iBor Goblok. skill bahasa inggris ama pengetahuan umum gue adalah anugerah yang patut gue syukurin untuk saat ini.

(buat temen-temen yang mau donlot hasil try out nasional ataupun regional beserta pembahasan bisa langsung klik)

satu hal baik yang gue baru tahu, di Malang makannya asik banget. waktu itu gue diajak abang gue ke sebuah gerobak pinggir jalan yang jual nasi kuning. gue minta lauknya ayam krispy ala lalapan. plus es teh. udah siap-siap naruh KTP buat jaminan, eh si mas tukang nasi kuning bilang "RP. 6000 dek".... what a pleasure for me. edan, gue kira, malang udah bener-bener metropol dengan porsi sekali makan bisa belasan ribu, ternyata ada juga yang bisa cuma 6000. itupun gue udah kenyang banget. good stuff, mas mas tukang nasi kuning, teruslah hidup untuk menyejahterakan umat mahasiswa.... yeah.

on my way back home, gue ga terlalu mikirin hasil try out entar bakalan kayak gimana. bodo amat, matematik gue ancur. gue lebih relax dan santai. puji hape gue punya Tapir yang bisa nemenin gue meski cuman lewat sms. love you pir. :*

di SPBU klakah gue dijemput abang kandung gue. beberapa meter ke arah pulang ada keramaian yang menegangkan

"wonten nopo pak lek?" (terjemahan : saya ganteng pak lek?) tanya gue heran
"iki ono rampok sepeda, wonge dipateni" (terjemahan : muke lu kayak rampok sepeda, mati aja loe) jawab paklek kumis tipis mantap.
#oke, untuk menyudahi kebiadab'an bahasa ini, gue akan meng-indonesiasi-kan semuanya.
gue : loh, kapan pak? dimana?
pak lek : baru saja dek, di jalan menuju randuagung sana
gue : #glekk
abang gue : #kyaa kyaa

yakk. tepat beberapa menit setelah abang gue sendirian lewat, di jalan itu terjadi perampokan. how romantic.

#KYAAA KYAAA KYAAAAAAA