Senin, 25 Desember 2017

SAYA MUSLIM BODOH - MUSLIM PINTAR JANGAN BACA


Assalamualaikum Wr Wb

Selamat malam saudaraku semua. Apa kabar kalian? semoga tetap sehat dan menyehatkan. Kenapa saya bilang menyehatkan? karena saya rasa sekarang banyak orang sehat justru menyakitkan. Kesehatan mereka membuat mereka aktif menebar racun. Tangan dan kaki mereka aktif. Mulut mereka aktif. Bahkan di "zaman now" jari pun aktif. Menebar racun benci, hasut, fitnah, hoax, dst. Tanpa mereka sadari, selayaknya manufaktur penghasil racun lainnya, racun yang kita produksi pun menghasilkan residu. Bedanya manufaktur/tempat proses kita bukan di pabrik melainkan di otak dan hati. Dan kita tahu kemana residu itu dilarikan : diri kita sendiri. Sakitlah yang membuat kegiatan "produksi racun" itu berhenti.




Sekali lagi akan saya sapa semua yang membaca tulisan ini. Apa kabar kalian? semoga tetap sehat dan menyehatkan. Kenapa anda masih membaca tulisan ini? asumsi saya bukan karena anda mengaku sebagai muslim-tidak-pintar. Tapi karena anda merasa simpati. Simpati? ya. Mungkin karena anda muslim yang membaca kata "muslim" dan dikaitkan dengan "bodoh"? adakah muslim bodoh? ada. Saya orangnya. Atau anda bukan muslim tapi anda simpati kepada saya (teman anda). Kenapa saya mengaku "bodoh"? karena kenyataannya saya memang bodoh.

Sampai di sini anda mulai bingung dan bertanya "kenapa sih bertele-tele? apa yang ingin dikatakan?" anda mulai kesal tapi anda mulai penasaran. Kenapa sampai di paragraf ini tulisan ini seperti penuh emosi? indeed. Karena ini masalah agama yang pusatnya ada di dalam hati. Tentu saya menulis dengan mencampurtangankan hati diantara kerja otak. Dan ijinkan saya melibatkan anda pula dalam situasi ini.

***

Saya muslim. Sejak lahir saya muslim. KTP saya Islam. praktik keseharian saya muslim. Hati dan ucapan saya muslim. Tapi Muslim yang manakah saya? tunggu dulu. Pertanyaan apakah ini? coba saya ulangi sekali lagi. Muslim yang manakah saya? what? memangnya muslim ada jenis-jenisnya? jika anda punya pertanyaan yang sama mungkin kemudian anda akan menemukan jawaban yang sama : IYA.

Bicara apa saya ini? namanya muslim ya muslim. Tidak ada jenis-jenisnya. Tidak ada karta-kastanya. Benar? sepintas memang benar. Tapi kalau anda semakin banyak membaca, mencari tahu, pada akhirnya anda menjadi "pintar". Anda akan menemui banyak muslim yang tidak sekedar muslim. Mereka punya label tersendiri untuk muslim mereka dan anda akan mulai mencari label untuk diri anda sendiri. Cara pandang anda akan berubah.

Saya muslim. Sejak lahir saya muslim. Sejak kecil saya diajarkan bahwa Islam sebagai agama yang benar, agama penyelamat, agama pemberi kedamaian. Tapi kenapa banyak sesama muslim saling menyalahkan? kenapa malah saling mengkafirkan (naudzubillah)? kenapa sesama muslim justru saling menyerang? dimana makna kebenaran dan perdamaian itu? Sejak kecil saya diajarkan bahwa Islam agama yang satu dari Allah yang Tunggal (Maha Esa). Tapi kenapa ada perbedaan hari untuk merayakan idul fitri yang sama? kenapa ada perbedaan fiqih untuk sholat yang sama? Kenapa ada perbedaan cara berdzikir untuk mengingat Allah yang Satu?

Saya muslim. Saat lahir saya Muslim NU. Apa? apa itu muslim NU? entahlah. yang pasti berbeda dengan Muhammadiyah, LDII, Hisbut Tahrir, dan lain-lain. Kabarnya di luar pulau Jawa masih banyak lagi. Entahlah, Saya tidak tahu. Saat lahir saya juga diajari dengan madzhab Syafii. hah? apa lagi itu? entahalah. yang pasti berbeda dengan Maliki, Hambali, dll. Kabarnya di luar Indonesia masih banyak lagi. Saya tidak tahu. Saya tidak ingin tahu. in fact saya tidak bisa melakukan apa-apa walau saya tahu. Yang penting bagi saya dia saudara muslim. Saya pun tidak mau lagi memakai embel-embel NU, Madzhab-Madzhaban, atau aliran-aliran seperti wahabi, suni, syiah, atau yang lain.
Disini anda mulai mencerna kebodohan saya dan berpikir "dosa kamu" "kafir kamu" "sesat kamu" "kamu bukan muslim yang benar" "harusnya kamu tahu". Tidak. Saya rasa sya tidak harus tahu. Karena semakin saya tahu, semakin saya "Murtad".

Di Madrasaha Ibtidaiyah tempat saya bersekolah 6 tahun mempelajari Fiqih dan Aqidah. Diteks disebutkan beberapa praktik ibadah dengan didahului "menurut imam syafii.." "menurut imam hambali" yang tidak jarang keduanya (atau ketiganya, keempatnya) justru kontradiktif. Saya kecil pun bertanya "yang benar yang mana ustad?" "yang kita lakukan yang mana ustad?" dan ustad memberi jawaban normatif "semuanya benar untuk dilakukan"

Beranjak remaja saya mencerna berita bahwa NU dan Muhammadiyah tidak sepakat dalam menentukan tanggal masuk ramadhan dan Syawal. Terlebih, di beberapa daerah ada beberapa golongan muslim yang sudah menentukannya 3-5 hari lebih awal. Saya kecil pun bertanya "yang benar yang mana ustadzah?" "yang kita ikuti yang mana ustadzah?" dan ustadzah memberi jawaban normatif "semuanya benar semuanya hasil pemikiran ulama"

Beranjak kuliah, teman-teman mulai bergabung dengan Organisasi-organisasi mengatasnamakan agama dan mulai mendebat satu sama lain. Ada HMI, HMII, PMII. "I" dibelakang sama-sama Islam. Tapi mereka tidak akur dan mulai saling mengklaim kebenaran.

Beranjak dewasa saya menyaksikan pertikaian antara Islam Wahabi, Sunni, Syiah dan lainnya. Masing-masing mengklaim syiarnya yang paling benar. Kalau tidak ikut syiarnya maka kafir. Dan statement ini diucapkan oleh Ulama nomer wahid (imam besar) di negara islam nomer wahid (Arab Saudi).

Kini pertikaian antar umat islam semakin tampak terasa saat aliran mulai diselipkan kepada politik demi merebut kekuasaan. Wahabi, Sunni, Syiah, dan lain lain. Saling mengkafirkan. Di banyak negara. Saling menjatuhkan. Bahkan, saling membunuh. apa? mengapa demikian? bukankah mereka sesama muslim? ya, saudaraku. Mereka muslim. Seperti kita. Tapi yang telah terkotak-kotak oleh hasil "pemikiran" ulama besar mereka sendiri. Ingat ya, Ulama besar. Apalah arti saya yang muslim bodoh ini?

Saya pernah dibilang "ooo kate musrtad kowe" oleh saudara saya karena saya bertanya "kenapa harus ada tahlilan sampai 1000 harian?" "kenapa harus ada selamatan 4 bulanan kehamilan?" "kenapa harus ada ini dan itu?" "kenapa saya tidak boleh belajar tenaga dalam?" "boleh ruqyah engga?"
Saya yang bodoh ini tidak bisa menerima jawaban normatif kalau sama-sama benar karna sama-sama hasil pemikiran ulama. Karena saya merasa yang demikian tidak merujuk kepada Kebenaran Tunggal.

(Dan saya merasa tulisan ini menjadi kurang menarik karena banyak keganjilan dalam agama yang saya lupa. In fact saya lupakan demi kemurnian hati saya)

Saudaraku. Tolong berhentilah menghakimi saya yang tidak bisa memahfumi perbedaan perkataan antar ulama (yang kontraproduktif). Karena yang saya percayai Allah tidak menurunkan islam dengan versi yang berbeda-beda.

Saya muslim "tok". Sejak lahir saya muslim "tok". Apakah nabi Muhammad dulu muslim NU? tidak. apakah nabi Muhammad muslim bermadzhab Syafii? tidak. apakah nabi Muhammad muslim Wahabi? tidak. Nabi Muhammad Muslim "tok".

"ooooh tidak bisa. Semua praktik keislaman pasti tersangkut pada satu aliran, golongan atau madzhab. lantas bagaimana kamu mempraktikkan agamamu sehari-hari?"

- Ada yang melaksanakan tahlilan sebagai ibadah, ada yang mencaci dan menyebutnya bidah
- Ada yang bertaruh nyawa Republik Indonesia, ada yang berontak dan menyebutnya toghut
- Ada yang berjaung untuk konflik muslim di Palestina, ada yang menolak dan menyebutnya persoalan politik
- Ada yang memakmumi kerajaan Arab Saudi, ada yang anti dan menyebut "jangan, mereka wahabi"
- Ada yang gemar bersedekah kepada non muslim, ada yang gemar mengkafirkan yang muslim.

Saya mempraktikkan Islam saya sebagaimana Islam yang saya yakini. Islam yang "setelah selesai satu pekerjaan maka kerjakanlah pekerjaan yang lain". Islam yang "Sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain". Islam yang "sebaik baik amalan adalah amalan yang mendatangkan kebahagiaan di hati Orang lain". Maka jika diartikan ketiga ayat ini "seorang muslim itu pekerja keras yang mana pekerjaan yang dia lakukan harus dapat bermanfaat dan memberi kebahagiaan bagi sesama manusia". Sesama manusia lho ya, bukan (sebatas) sesama muslim.

Saya sholat, entah gerakan saya benar atau tidak tapi hati saya kepada Allah (karena benar dan tidak relatif siapa dan dari islam mana yang menilai). Demikian saya melaksanakan fiqih yang lain. Saya mendengarkan ceramah banyak ustad (live atau youtube). Saya dengarkan yang bersifat rahmatan lil alamin dan saya buang sisanya.

Saya mengucapkan "selamat melaksanakan natal" kepada teman-teman saya yang nasrani. Saya tidak mengucapkan "selamat natal" karena saya tidak mengimani Yesus Kristus. Tapi saya mendoakan teman saya selamat dalam setiap aktivitas yang ia lakukan.

sampai disini anda mungkin akan mengingat - ingat lagi tatkala ada sebagian Orang-orang yang berkata mungkin berbisik atau mungkin berteriak kepada anda untuk ini dan itu sementara sebagian lain berkata sebaliknya. Anda akan lebih galau ketika mengingat bahwa orang itu adalah ulama, kyai, ustad atau sumber ilmu yang selama ini anda dan islam golongan anda yakini benar. Dan kalau anda melaporkan tulisan ini kepada beliau-beliau itu mungkin anda akan mulai mendengar "anak ini kurang ilmu agamanya, makanya dia ngomong begitu"

Ya. Ilmu agama saya memang kurang. Bukankah di awal sudah saya katakan saya bodoh? tapi saya bersyukur kebodohan saya ini membawa saya kepada Islam-salah-satu-golongan yang mengklaim golongannya benar dan menyalahkan (bahkan mengkafirkan) golongan yang lain. Oh, anda tersinggung? anda tidak terima? itu berarti anda lebih pintar dari saya karena anda punya pemahaman tentang "golongan" lebih daripada saya. Tapi, Bukankah di awal sudah saya katakan Muslim Pintar jangan baca?

*

Sampai disini saya mulai terkejut, Oh, anda masih membaca? Terimakasih. Saya merasa tersanjung dengan kesediaan anda membaca dan mengikuti pemikiran saya yang bodoh ini. Tapi tulisan ini akan saya akhiri disini. Janganlah kesal. Kalau di benak anda mulai muncul banyak keresahan, silakan dituntaskan dengan mencari tahu. Tapi berhati-hatilah, buku pertama yang akan anda baca mungkin menutup kesempatan anda untuk "mau" membaca buku yang lain. Padahal bisa jadi buku yang lain yang benar. Berhati-hatilah, Orang pertama yang anda tanya mungkin akan memberikan jawaban yang dapat menghalangi anda untuk bertanya kepada orang lain. Padahal bisa jadi orang lain yang benar. "Jangan terlalu mencintai sesuatu bisa jadi ia buruk bagimu, jangan terlalu membenci sesuatu bisa jadi ia baik bagimu".

Wassalamaulaiakum Wr. Wb.

(ssstt... saya bisiki sesuatu. Nabi Muhammad sudah berpesan bahwa Islam akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya 1 golongan yang akan selamat. Yakin "golongan" anda sekarang adalah golongan yang selamat itu? hihihihiii...)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar