Rabu, 31 Desember 2014

The Chronicles of Malaysia

Gue suka banget ke bandara. Dulu pas kecil gue paling seneng kalo udah jemput saudara di Bandara. Kemaren, gue seneng banget ke bandara waktu pertama kalinya masuk check in, waiting room, dan naik pesawat. Sekarang, excitement tersebut makin menjadi-jadi karena gue sekarang ada di Terminal International Bandara Soekarno-Hatta.

Bukan TKI

Kuala Lumpur Internatioanl Airport, Malaysia. 07:30 am

Gue sedang dalam perjalanan ke acara International Conference On Public Organization (ICONPO) di Kuala Lumpur. Saat mendaarat di Malaysia dan ngelihat gede dan fancy-nya KLIA gue kira gue bengong sendiri, gue toleh ke belakang, ternyata Fatur dan Sucia juga bengong. Kita bengong berjamaah.

Apa yang kita bengongkan adalah struktur dan arsiteksi bangunan Kuala Lumpur International Airport yang memang keren. Gede dan banyak bulenya. Eh, banyak ornamennnya (ada parabola mini yang didesain mirip jamur-jamur keren). Gue mengamati setiap detil perbedaan yang terlihat, antara KLIA dan SHIA. Mulai dari trolinya yang lebih imut, toiletnya, eskalatornya, penunjuk jalannya, opsirnya aja orang Malaysia.

Gue dan Mr. Radana.. Bukan TKI

Ini adalah perjalanan pertama gue ke luar negeri. Meski orang sering mengira gue datang dari benua Afrika tapi engga, gue ga pernah ke luar negeri sebelumnya. Disini gue bareng rombongan yang jadi peserta ICONPO yakni gue, Fatur, Sucia, Nindya regional Sulsel Ruri Hestiti, Dosen IPDN ibu Ika Sartika, Dosen IPDN Regional NTB Pak Radana dan dua purna praja angkatan XX, Daeng Alma'arif dan Uni Alfi. Dari baandara perjalanan kit lanjutkan menggunakan KLIATravel.

Acara kita digelar di Quality Hotel, KL. Setelah register dan dapat Participant Kit kita ikuti acara pembukaan yang berisi pemaparan makalah dari ketua penyelenggara tentang microeconomy empowerment di Malaysia. So far so well, otak gue masih menunjukkan level waras yang aman.

Selesai acara pembukaan gue dan Fatur menuju ke kamar buat naruh barang. Dan ternyata gue sama Fatur tidur sekamar. Ya, gue dan Fatur SEKAMAR. Ya aloh, bantu hamba menjaga kehormatan hamba.

Pengalaman ajaib gue mengikuti konferensi tingkat internasional dimulai setelah jam makan siang. Satu hal yang bikin makan siang greget adalah sebuah pojokan berisi hidangan dengan papan bertuliskan "Masakan Indonesia". Yap. Dan disana isinya adalah lalapan daun singkong, sambel, terong, dan pecel. Serba daun semua. khukhukhuu. Sebenarnya gue seneng, masakan Indonesia masih mendapat tempat disana, tapi melihat kenyataan masakannya daun semua berasa pingin ngembik sambil ngibasin ekor.

Kelompok gue ga presentasi pada sesi pertama ini. Jadi kita ikut aja rangkaian acara sekalian persiapan buat tampil besoknya. Dalam ilmu komunikasi ini dikenal sebagai 'orientasi medan' yang berisi aktifitas manggut-manggut merhatiin bule-bule ngomong, kadang ngerti kadang cuma bisa mangap sampe iler banjir kemana-mana.

Ngilmu :
Sebuah konferensi internasional terdiri dari ribuan Paper yang dikirimkan ke alamat panitia dan Sekitar Ratusan yang papernya dinyatakan layak dipresentasikan. Dalam acara konferensi internasional para peserta dibagi ke dalam kelas-kelas yang berbeda dan dalam sesi yang berbeda. Satu kelas dalam satu sesi biasanya berisi 10-15 presenter. Begitu selesai, di kelas yang sama, selanjutnya akan diisi oleh presenter yang berbeda di sesi berikutnya. Keseluruhan paper yang telah jadi bahan tulisan utuh akan diterbitkan dalam satu diktat proceeding. Keren.

Kabar gembira berhembus dari pepohonan bahwa sorenya jadwal kita kosong. Yey.

Sore itu setelah sholat ashar, gue, Fatur, Suci dan Ruri jalan-jalan mengarungi jalanan di malaysia. Dengan bermodal sotoy luar biasa kami berempat berjalan tegap ala-ala Madya Praja baru ketemu Muda, busungkan dada, naikkan pantat, dan kentut dengan terhormat, siap membela kebenaran dan keadilan. (Ninja Hatori kali)

Jalan berempat gini Entah kenapa tiba-tiba gue berasa seperti ada di film The Chronicles of Narnia, gue mengimajinasikan diri kita berempat sebagai empat anak putra adam dan putri hawa yang diutus untuk membawa perdamaian di negeri ini. uwoh.

Ruri gue imanjinasikan sebagai Susan, cewek yang matang dan dewasa. Dia akan marah kalau ada yang berani tidak mendengarkannya. yeah, menstruasi! Sayangnya Ruri engga bawa panah kemana2. Satu-satunya yang bisa dia terbangkan adalah sepatu PDHnya.

Suci gue imanjinasikan sebagai Lucy, dengan segala tingkahnya yang bikin pusing dan suka banget ngilang kalo lagi di keramaian. Ternyata suci udah ketarik ama barang2 yang diliatnya imut. Dia memang impulsif.

Fatur sebagai cowok yang membawa masalah, tapi justru masalah itu yang menjadi inti dari perjalanan, sebagai Edmund.

Dan gue, gue sendiri sempat ragu untuk menyamakan diri gue dengan Peter (william morsley) atau menyamakan Peter dengan gue. Ga ada Cocok-cocoknya. Kalaupun harus Morseley, pasti udah ketangkep musuh, terus diinjek-injek dan dicincang sama rata. Tapi ya tidak ada pilihan lain. Sebagai cowok berpostur tinggi, frontal, dan ganteng (kalau dilihat dari puncak semeru), maka gue adalah Peter (jangan ada yang muntah!)

Kalau ada yang pernah nonton Narnia pasti inget adegan Edmund hilang dan Peter mengajak dua adeknya berusaha mencari dia. Gue ngebayangin kalau hal itu terjadi sama Fatur maka yang akan gue lakukan adalah membeli ikan asin dan menaburnya di jalanan, maka kawanan Fatur (bersama Fatur, tentunya) akan datang mengerubungi.

Anyway, Fatur adalah tokoh sentral yang tersamarkan. Dia yang membuat kita mungkin mendapatkan kesempatan pergi ke seminar international. Dia yang sudah secara ajaib menyeret gue dan sucia untuk bisa pergi bareng sebagai pemakalah. Dia juga yang ngebawa braso dan setrika di kopernya. Untuk itu, marilah kita berdoa semoga amal kebaikannya diterima disisiNya. eh.

Tujuan perjalanan pertama kita adalah keluar dari hotel (ya iyalah!) dan langsung ketemu dengan jalanan yang banyak bus-taksinya daripada kendaraan pribadinya (beda dengan jalanan Indonesia). Bus yang seliweran di jalanan ini punya tulisan gede di samping badannya GO!KL dan Rapid KL (mungkin dalam dunia bis ini adalah Tato identitas mereka). GO!KL da Rapid KL adalah bis-bis transibukota, semacam Transjakarta tapi ga perlu jalur khusus dan, ehm (halo jakarta), lebih bagus.

Dari bus stop yang ada di deket hotel kita naik bus dan turun di pemberhentian yang dianjurkan oleh penumpang lain. Tujuan kita adalah KLCC atau yang biasa dikenal dengan Twin Tower (gue mau nulis TT tapi takutnya malah kebaca TETE') atau menara kembar Petronas.

Sambil nunggu bis yang mengarah ke KLCC, kita bertemu dengan ibu2 dan anaknya yang baru pulang kerja. Ternyata dua orang itu adalah ibu-anak asli dari Indonesia. Tepatnya sumatera Barat. Tepatnya Payakumbuh. Tepatnya satu kampung sama Suci. Onde mande, jumpa urang awak pula. Darisini, pembicaraan membutuhkan bantuan AlfaLink.

Kita berenam akhirnya jalan kaki ke KLCC. Sesampainya disana rame banget, kayak pasar, tapi banyak bulenya. Seperti desain pasar modern Surabaya tapi lebih bersih dan tertata. Makanan yang dijual juga banyak banget. Gue ama suci ampe susah ngiket Fatur biar ga lari-lari kesana kemari. KLCC adalah pusat perbelanjaan yang ramai di Kuala Lumpur. Di pelataran gedung ada taman dan kolam air yang nyembur goyang2 dipadukan dengan lighting dan beat2 musik yang kerennya tuh keren bingits, namanya Symponic fountain.

Disana kita duduk nonton sambil Ceikikan. Ngayal kalo dirumah kita masing-masing nantinya bakal ada kolam keren kayak ini. "aku akan pelihara anjing laut, biar bisa ikut goyang" kata Ruri. "Anjing laut? kalau gue sih pelihara Fatur aja. Mirip2 sih, tapi goyangannya lebih maut".

Lagi asyik ngakak seorang bapak tiba-tiba nyolek dan bertanya ke gue. "Dari Indonesia, dek?". "iya, pak". gue jawab. si bapak manggut-manggut.

"Indonesianya mana?" tanya si bapak, masih manggut-manggut.
"Jawa timur pak".
kumis si bapak mulai naik "jawa timurnya dimana?"
"Kabupaten Lumajang pak".
"Lumajang? Kecamatan?" kata sibapak, kini dia agak mendelik.

Ternyata si bapak ini orang asli Lumajang yang kerja di tempat makan di KLCC. Hoalah, ternyata dunia memang selebar daun kolor ya.

Puas nonton aer mancur goyang-goyang, kita pindah tempat. Sambil jalan menuju pulang, kita berhenti di tiap tempat yang kerenan dikit dan kita poto. Malam itu, kita norak dengan elite.

Oalah, ini toh yang ga bisa dibangun dua gubernur Jakarta
Sekali lagi, Bukan TKI.
Menara Petromak. eh, Petronas, ding
The Kings and Queens of Nowhere
Itu Sucia. Jangan tertipu wajah polosnya
Mumpung ga ada yang liat, muehehehehehe
Simphonic Fountain
Air Mancur Goyang
[Masih] Air Mancur Goyang
oya, ga lupa Aksi "Kayang Everywhere gue" Edisi Malaysia. ciaatt

Kayang Everywhere, Malay Edition

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Presentasi kita dimulai sekitar jam sebelas siang waktu sultan.

Dalam misi yang teramat menegangkan ini Fatur maju pertama. Dia gugur dengan terhormat.

Menjadi presenter makalah tingkat internasional tidaklah mudah. Sumpah. It,s so difficult as biting peanuts, with no teeth. Pada tiga puluh detik pertama megang Mic Fatur tampak bergoncang hebat. Gue perkirakan kekuatan getaran Fatur saat itu adalah 9 Skala Richter hingga berpotensi tsunami.

Gue dan Sucia emang udah terbiasa megang mic, tapi mempresentasikan makalah berbahasa inggris di hadapan bule itu sama aja kayak belajar mengeja huruf hijaiyah. Materi yang tidak biasa, etik yang tidak biasa, bahasa yang tidak biasa, semua menimbulkan ketidaknyamanan yang tidak biasa dari celana dalam mental.

Tapi apa yang dapatkan di akhir sesi, it is priceless. Adalah apresiasi yang tinggi dari mereka, orang-orang bule ini, para doktor dan profesor ini. "Our high appreciation for our young presenter from Indonesia, if you say that what you have done is not good enough for us i agree, but your age makes it awesome. Keep on learning, continue your research, i am pretty sure you are the great people of our future"

Mendengar pujian itu gue mimisan.

Akhirnya Packing selesai, sekarang saatnya makan siang terkhir di Quality Hotel. Ingat, ini adalah makan siang terakhir, dan apa yang kita pelajari tentang perjuangan terakhir : Kerahkan seluruh kemampanmu!. Yeah!

Jadi setelah dengan brutal menghajar bowlset-bowlset makan siang, Sepiring udang goreng, semangkok penuh ices and candies dan beraneka jus yang mungkin tersedia. We are so freaking full.

Sebelum pulang kita berburu souvenir Pasar Raya. Disini barangnya beragam dan murah-murah. recommended banget buat yang mau beli oleh-oleh. Bahasa Indonesia is also recommended here (iyo jok, kebanyakan penjualnyo wong kito galo).

Ini semua punya orang Indonesia
Perjalanan balik ke Jakarta semua terasa nyaman dan damai. Tentang dua hari berjuta pengalaman. Entah kenapa meski cuma dua hari tapi terasa lamaaa banget. Bener-bener berasa seperti di negeri Narnia, empat orang mengembara puluhan tahun di benak mereka, tapi di dunia nyata waktu hanya beberapa menit. Tidak lama. Amat tidak lama. Tapi semua pengalaman, perasaan dan impian yang terwujud semua nyata.

Disini mungkin gue belajar satu hal, tentang menjalaninya dengan sepenuh hati. Di awal perjalanan yang terasa sangat sulit dan menyesakkan (setelah puluhan kali menghadap pudir dan ratusan kali diteror Fatur). Gue juga telah mengorbankan banyak waktu dan pemikiran, uang juga harus menerima banyak omelan karena dibilang kurang perencanaan, dsb. Tapi demi apa yang gue yakini baik buat gue, demi apa yang gue anggap layak untuk diperjuangkan, gue jalani dengan sepenuh hati maka ia menyimpan cerita-cerita 'mistik' yang membuat kita entah bagaimana menjadi betah, terus-menerus penasaran penasaran dan ingin bertahan disana.

Seperti dua hati yang saling bertemu, tidak pernah langsung cocok dari awalnya. Butuh perjuangan untuk menjadikannya akhirnya 'pas' untuk kita. Dan ketika sudah merasa cocok maka waktu pun akan dipaksa untuk berhenti mengurung dua hati yang telah saling terbiasa. Lalu berpisah akan menjadi hal yang sangat menakutkan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Eh, Indonesia ga banyak berubah ya. Sejak terakhir gue tinggal masih kayak gini aja" Cletuk gue. "Kan kita emang di luar negeri cuma dua hari, kamvret. Terakhir loe di Jakarta juga cuma kemaren lusa, yang berubah cuma otak loe yang makin idiot!" Kata Fatur, Sewot.

Malam itu, bisa jadi malam terakhir kebersamaan gue, Suci dan Fatur. And i'll go back to where i supposed to be in. Thanks for all love and experiences you both gave to me, Fellas. Hope we'll meet again, in some another crazier moments. ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar