Sabtu, 14 Juni 2014

Mimpi Setinggi 2597 mdpl

Diantara 2000an temen seangkatan gue di IPDN, Fatur adalah orang yang garis kehidupannya paling banyak bersinggungan dengan gue. Mulai dari satu ranjang, satu kelas, satu regional, satu UKP sampai satu pengkaderan organisasi. Gue orangnya ga percaya sama konsep jodoh, tapi kalo diinget-inget kemesraan gue ama fatur, kayaknya...... ah, engga, ENGGA!
 
Sewaktu satu wisma dulu gue satu ranjang sama Fatur. Dia di atas, gue di bawah. (ranjangnya susun, sumpah, jangan mikir laen-laen!). karena satu ranjang, Gue jadi hapal gimana pola dan gaya tidurnya si manusia bed dobel ini. 

Gue tahu Fatur bisa langsung tidur di 5 detik pertama setelah menyentuh bantal. Dia juga punya reflek yang bagus, gampang dibangunin. Bahkan, dia bisa langsung bangun sambil marah kalau gue bangunin dia dengan cara mencabut bulu idungnya. Dan jeleknya, suara tidurnya bisa terdengar dari wisma 18 sampai wisma 01. Absolutely metal rock concert.

Gue kenal fatur dari bangun sampai tidurnya. Tapi di puncak gunung talang, gue kenal fatur dari sudut yang berbeda.

PL2 gue udah di minggu terakhir. Hampir semua pekerjaan gue kelar, grafik realisasi mulai enak dilihat. Udah ada yang nyampe 100%!. Pembuatan video kecamatan dan pengisian portal berita kecamatan, Ah, renyah, ga bakalan sulit2 amat. Sekarang tinggal pemulihan otak yang damage di bagian kiri dan kanannya udah mulai ga simetris lagi. Karena gue termasuk yang ga pernah pergi maen selama PL2, sejauh ini, maka gue mutusin di ahir-akhir PL2 Gue harus berlibur.

Sempet bingung, mau kemana neh.... mau ke kota, kayaknya mainstream. Mau ke waterboom, takut tenggelem. Sampe di suatu malam gue mendapatkan sebuah kunjungan kenegaraan. Saat itu, sekitar jam sepuluh malem ada mobil yang isinya praja semua. Lalu satu persatu mereka turun. Dan ternyata yang terakhir turun adalah........ Andrew! yaelah, sokam kenape baru muncul sih lu, gua udah lame nih nunggu kabar elu. Kata gue ke Sokam (Sodara Kamar) yang tempat prakteknya ada di kecamatan laen, sambil menepuk pundaknya. sok asik.

Pembicaraan pun mulai berlangsung binal. Dia bilang baru pulang ngantar temennya kembali ke sulut karena papanya meninggal. Dia cerita tentang purna praja di kecamatannya sekarang menjabat purna, gue ceritain purna APDN di kecamatan gue yang masih di posisi kasi pemerintahan. Dia cerita bagaimana bau kentut fatur yang pernah gue ceritain di pendakian singglang sekarang sudah menguasai seantero induk semang mereka, gue cerita bau keperjakaan angki yang udah menjadi wabah endemik mematikan. Dia cerita dia pengen naik gunung talang, gue cerita gue udah punya plan buat naik gunung talang. Klop! Kita susun jadwal. Hari itu minggu malam, kita berencana naik rabu pagi. Fix, andrew pun pulang dengan wajah berseri.

Waktu bergerak maju, ternyata menjelang akhir masa praktek justru tidak semulus-mulus seperti yang kita rencanakan. Banyak halangan, rintangan, membentang, namun tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran (OST Robi Sakti). Hari Rabu ternyata gue ga bisa keluar karena ada persiapan presentasi realisasi program di kecamatan. Kamis jelas ga bisa, hari H presentasi. Jumat juga gue ga bisa karena ada malam perpisahan di kecamatan. Akhirnya, sebelum gue mati diabcok andrew di leher, jumat malam dia telepon gue:

Andrew : heh, bi, jadi ga nih? Kapan elu kesini?

Gue : oke bebh, besok subuh q udah di induk semangmu. Sambut q dengan cinta dan ketulusan, oke? Dadahh..

Andrew : MONY....(tutt tuttt tuutttt)

Gue tahu udah bersalah sama andrew, makanya gue langsung tutup sebelum sempat dia mengucapkan ‘puji pujian’nya ke gue.

malam itu juga gue pamit ke pembimbing lapangan gue. Gue bilang kalo gue mau ke gunung sama temen gue dengan kompensasi tugas gue sebagai ketua kelompok udah selesai. Binglap gue mengiyakan, gue langsung packing. gue tidur dalam keadaan siap mendaki. Gue dengan pakaian paporit gue mendaki, celana PDL, kaos item lengan panjang, baju angkatan XXIII. 

Besoknya jam 5 pagi gue udah bangun, sholat dan pamit ama ibu induk semang. Agak-agak haru gitu. ibu induk semang baru bangun tidur, belum sempat inget nama dia siapa gue udah ada disampingnya sambil ngomong “bunda, robi pergi ke gunung, mohon doanya. Bunda ga perlu khawatir, robi sudah pamit ke bapak”. Si bunda Cuma terdiam menganga. sepertinya ruhnya masih nyangkut di alam mimpi.

Gue nunggu mobil angkot di depan rumah. Jam enam pagi. Anjing saja masih menguap. Ibu induk semang bikinin gue susu hangat. Even my mother ... me to go hiking, this woman makes me a cup of hot milk.

Gue nyampe kecamatan sokam gue sekitar jam tujuh. Begitu masuk gerbang kantor camat gue disambut fatur (yang tadinya gue pikir penjaga malam kantor camat, habis dekil sih) dan dibawa ke induk semang mereka. Fix, pendakian kali ini Cuma kami bertiga. Dan diantara kami bertiga, ga ada satupun yang pernah naik gunung talang ini. Ulalaa..

Gue : drew, kita naik lewat mana?

Andrew Sokam Sayang : lewat hot spring sini aja. Deket kok, aku tau tempatnya.

Gw : beneran? Udah tanya?

ASS : iye bener, gue udah tanya-tanya, kalo dari sini katanya Cuma dua jam. Sama seperti Uda Agung bilang dulu.

Gw : oke deh, kita ke hot spring naik apa?

ASS : ngojyek.

Gue sih pecaya-percaya aja sama andrew. Meski apa yang diomongin agak-agak melenceng dari apa yang gue baca di internet tentang pendakian. Oya, ini kebiasaan gue, sebelum naik gunung gue pasti cari-cari info tentang gunung yang bakal gue daki di internet. Tapi kali ini sepertinya gue udah terperangkap oleh mulut manis sokam gue. Dasar buaya.

Kami bertiga naik ojyek ke kolam air hangat di nagari bukit gadang. Dari sini kita jalan kaki di jalanan aspal menaik. Dari awal perjalanan udah keliatan tuh gunung talang yang bakal di daki. Kami bertiga jalan seolah udah terikat arus magnet dari gunung talang. Sampe akhirnya ada keresahan di batin gue. Ini udah 1,5 jam, tapi gue ga merasakan pertanda berada di kaki gunung. Warga pun ikut memberikan tatapan-tatapan “sumpeh lo?” setiap kami tanya jalan ke arah gunung.

And here we are, jam 09.30, kita ada di Nagari.... kecamatan lembang jaya. Kami akhirnya sadar, yang dinamakan “dua jam nyampe” ternyata nyampe ke “start” jalur pendakian.

Gue jadi inget perkataan Andrew, “dari sini Cuma dua jam”

Gue inget raut wajah andrew, sok manis, amat meyakinkan

Gue inget fatur, udah mulai boker-boker sejak belum berangkat.

Ternyata gue jadi korban PHP sokam gue sendiri. mood mendaki gunung gue berubah jadi mood pengen matahin badan andrew dua bagian sama rata.

Di nagari ini kita istirahat. Hitung-hitung, memulihkan kembali halusinasi dua-jam-pendakian-sampai tadi. Dari sini, pendakian benar-benar dimulai. Dari sini kita jalan ke jorong bawah bukit. Jorong terakhir sebelum masuk pintu rimba. Disini jalannya adalah sawah-sawah dan kita sempet nyasar. Ga tau dimana salah melangkahnya, tahu-tahu udah ada di bukit yang beda dari yang seharusnya membawa pendakian ke puncak.

Yoweis, setelah tanya-tanya sama petani, kami nyebrang kali, pindah bukit, mendaki gunung, lewati lembah.

One noticed, Yang menarik dari pendakian gunung talang adalah aliran sungai air panas di jalur2 pendakian. Kalau biasanya kita lihat kolam air panas, maka ini adalah sungai air panas. Sepanjang aliran sungai beruap panas. Asik buat steam. Seru.

Lanjut. Jam 11 gue sampe di pintu rimba. Medannya ga terlalu sulit. Seperti rimba yang seharusnya. Setelah dua jam melanjutkan perjalanan kami sampai di pintu angin, atau awal pendakian cadas.

Sepanjang perjalanan gue udah hampir-hampir tumbang. Gue kurang tidur, kecapekan juga jadi panitia malam perpisahan di kecamatan. Dan ini pertama kalinya gue ngerasain kram kaki gue. Untung ada fatur, yang senantiasa setia dengan jasa urutnya. Khukhuu. Love jogja pokoke.

Jam setengah tiga, akhirnya kami sampai di puncak.

Di puncak berbatu, Gue duduk, seperti biasa, menikmati apa yang menerpa wajah dan penglihatan gue, mencoba mempercayai apa yang telah gue lalui di Tujuh jam perjalanan tadu. Its amazingly tired me. Baru kali ini, benar-benar baru kali ini.  Dan gue juga baru kali ini mendapat sesuatu hal yang baru, dari puncak gunung talang gue bisa melihat tiga danau besar yang namanya danau atas, danau bawah, dan danau singkarak.

“negeri ini indah, Tuhan, Bantu kami menjaganya”
Seiring semilir angin berhembus, satu persatu sahabat gue tertidur. Mereka lelah, gue juga. Tidur mereka pulas, dua ekor anak manusia yang sedang merasakan kebebasan. Menjadi “the real Me” versi mereka. Gue salut sama orang-orang kayak mereka. Melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Tidak peduli siapa menemani, tidak peduli besok balik ke kampus, tidak peduli tidak tahu medan. Yang harus mereka percayai, kaki harus berjalan sejauh mungkin, tangan berbuat sebanyak mungkin. 

Pendakian kali ini benar-benar tentang KITA. Tiga orang, berbeda karakter dan latar belakang, dengan satu tekad untuk diwujudkan. Dan meski Cuma bertiga, kami tidak pernah benar-benar merasa ‘kurang’. Kami telah merasa cukup memberi warna satu sama lain. Gaya bercanda satu sama lain. Saling menyemangati. Membicarakan hal-hal mulai dari batu terbang, ular naga, anjing peliharaan andrew, sepeda fixie fatur, tomat ajaib, aie angek, dan pembicaraan khas lainnya yang mengiringi pendakian hingga puncak Talang. Disadari atau tidak, it made power, and it bound us.

Gue tatap mereka, satu orang yang udah setahun tidur satu ranjang sama gue, satu orang tidur satu kamar sama gue. Wajah pulas mereka, menunjukkan kelegaan. Polos, kayak anak kecil abis dikremasi. Tenang tak bergeming. Seakan,  mereka sedang bermimpi indah dipijit julia perez dan dewi persik. Lalu Jupe dan Depe kelahi, dan mereka ga jadi dipijit. Kasian.

Apapun yang kalian mimpikan kawan, semoga disitu kita tetap bertiga.
Mimpilah yang indah, tidak perlu setinggi langit, cukup setinggi 2597 mdpl, asal tetap bertiga.



Manusia Bed Dobel di Cadas Gn.Talang


*Adegan ini dilakukan oleh profesional


"DEAL WITH IT!"



Fatur yang njepret


Fatur yang dijepret



Saat-saat 2-jam-langsung-nyampe, masih hepi



They are just..... amazing friends of mine


Satu gambar mewakili ribuan kata, huh..?


Us


Bertiga


Anda tidak akan tahu saya dimana, hueehuheeueu


 





















































































































































 































Jam empat sore kami terbangun, bukan karena udah puas tidur, tapi karena udah mulai basah kuyup. Ujan vrohh...!!

Dan Setelah beberapa selfie, sekitar jam setengah lima kita bergegas turun gunung sambil agak2 berlari. And it went so epic, fatur yang kakinya terkilir, dan gue yang dari awal pendakian udah kram2, mencoba mengimbangi larinya stick master. Kadang gue harus timpuk andrew pake akar pohon biar dia gegar otak dan jalannya melambat.

Well, hari itu menyimpan kesan buat gue pribadi. Kami tiba di perkampungan jam setengah tujuh malam. Udah ga ada lagi ojek yang mau nganter. Untungnya kami bisa mendarat di induk semang kelompok lembang jaya. Sambil nunggu mobil yang bakal nganter kita ke rumah, kami mandi dan istirahat. Luckily, ternyata malam itu adalah malam perpisahan temen-temen kelompok lembang jaya dengan keluarga induk semang mereka. Kita bakar-bakar ikan dan makan bareng disana.  Sambil gue sadar, semakin lama gua pulang maka gue melewatkan acara perpisahan dengan induk semang gue, acara baralek di deket rumah, juga acara pembukaan MTQ di kecamatan. Gue juga belum packing, belum beresin kantor, belum beresin kamar..

Cerita kali ini, benar-benar mahal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar