Senin, 08 Januari 2018

VICTORY!!! IPDN XXIII

8 Agustus 2016

Derap langkah kaki nan seirama telah berhenti. Sembilan orang pasukan tanda kehormatan kini berada di posisi sikap sempurna di ujung kanan pasukan Calon Purna Praja angkatan XXIII, tanda siap memasuki lapangan upacara. Artinya upacara siap dimulai.




Berdiri (lagi) di pasukan ini, membuat pikiran saya teringat sesuatu.

Baju putih PDU, pasukan lengkap angkatan 23, berdiri tegap di Lapangan Parade Ksatriaan IPDN seperti layaknya Calon Muda Praja yang akan dikukuhkan oleh Menteri Dalam Negeri 4 tahun lalu. 28 Oktober 2012, Waktu itu, aromanya masih terasa beda. Perawakan juga masih kurus kecil, rambut pun masih tipis (bahkan habis). Sekelebat muncul rasa bangga akan menjadi bagian dari Keluarga Besar STPDN/IPDN yang digadang-gadang sebagai calon pemimpinnya pemerintahan. Sekelebat berikutnya muncul rasa risau dan takut akan bayang-bayang pembinaan dan pendidikan bersama senior IPDN. Mata mata itu telah memicing menarget sasarannya dari dalam asrama di belakang pasukan. Tapi, ada yang lebih menguatkan. Mata mata yang ada di barisan kursi di depan Balairung, yang menanti dengan bangga untuk memasangkan dek di muda praja pundak. Mereka duduk di kursi undangan untuk keluarga/orang tua.

Setahun berselang dari permulaan bersejarah itu, angkatan 23 kembali berbaris formasi lengkap di lapangan parade. Baju khaki PDH lengkap dengan dek bintang kosong, muts di kepala dan koper di tangan. Tiba masanya memasuki babak baru pendidikan ala Praja IPDN : Regionalisasi.

Satu persatu nama disebut untuk berkumpul ke dalam satu kelompok. Tiap kelompok mewakili regional yang akan di tuju. Setiap nama yang dipanggil bergegas mengangkat koper, melakukan salam perpisahan dengan pasukan wismanya. Sobed (sodara Bed/ranjang), Sopet (Sodara Petak), Sowis (Sodara Wisma) dan tak lupa juga dengan pamong pengasuhnya. Saya pun dipanggil di kelompok ke tiga, kelompok kampus regional Sumatera Barat.

Entah bagaimana momen itu memunculkan rasa haru yang tidak biasa. Perpisahan pertama angkatan 23 setelah setahun lamanya bersama melewati masa terberat dalam pendidikan. Meski tak semua momen membanggakan atau mempersatukan, meski rasa sakit atas nama korsa seringkali harus ditanggungkan. Tapi melambaikan tangan saat itu terasa berat. Terlebih, yang hatinya sudah terlanjur bertaut erat.

Dua tahun berselang. Masa menempa diri di tanah rantau pun selesai. Angkatan 23 kembali dikumpulkan di lapangan yang sama di tempat ia dipisahkan. Misi penempaan diri telah selesai. Misi baru untuk menyelesaikan pendidikan dengan baik dan bermartabat dimulai.

Bintang tiga berlari dalam marathon tugas akhir. Menyelesaikan sisa mata kuliah semester tujuh dan merampungkan usulan  penelitian menyemarakkan akhir tahun 2015. Bimbingan pertama disambut perkenalan, bimbingan bimbingan selanjutnya disambut coretan. Sidang pertama bermandikan peluh, menjawab satu persatu pertanyaan dewan penguji, memastikan tidak ada cacat rancangan agar tidak sesat penelitian. Ibarat jamu pahit yang memang harus diminumkan agar dapat menyehatkan.

Setengah tahun 2016, marathon kembali berlanjut. Magang, BKP/Latsitarda, Bimbingan demi bimbingan yang menguras waktu dan pikiran, dan ditutup dengan sidang laporan akhir yang fantastis. Semua demi ketukan palu sidang senat terbuka 7 agustus 2016 yang menyatakan kelulusan tiap individu.


Memang, akhir masa pendidikan menyisakan setumpuk kenangan yang akan sangat susah dilupakan. Loyalitas tanpa batas, Disiplin tanpa tawar menawar, Respect dan jiwa korsa sesama. Semakin terasa manis dibumbui kisah asmara Praja. Pada akhirnya bahkan cerita yang menyakitkan pun akan menjadi goresan keindahan.

Kini, Baju putih PDUB, dan tiba masanya ketika semua harus ditutup paripurna. Tepat 8 Agustus 2016 Presiden Joko Widodo menyematkan tanda penghargaan pada lulusan terbaik D-4 dan S-1, Pratiwi dan Laksamana. Menandakan telah dilantiknya 1940 Pamong Praja Muda angkatan 23. Lalu menaiki podium untuk memberi amanatnya bagi seluruh hadirin yang hadir.

Balon dilepaskan, Sujud syukur ditunaikan, Topi dilambungkan tanda berakhirnya proses pendidikan. Victory!!! Perasaan lega dan bahagia membuncah. Nuansa haru pecah saat kepungan kebanggaan  orang tua semakin mendekat, memeluk erat putra putri, atau orang terkasihnnya.

Disinilah kisah angkatan 23 sebagai praja berakhir. Dan sekali lagi, kita harus berpisah. Kali ini untuk kembali ke tempat tugas masing-masing.


Sidang Terbuka Senat 7 Agustus 2016
Fantastic 4 Banana City, Alhamdulillah wisuda bareng
Still with sokab, Alhamdulillah sukses bareng
Terimakasih kepada ibunda yang atas doanya Allah ridho pada perjuangan kami
See you on top, Kares Malang XXIII


Selamat mengabdi angkatanku 23. Tetap sukses dan jaya dimanapun berada.

Sampai jumpa di lain bakti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar