Jumat, 11 Desember 2015

Galau Terhebat

Di postingan tentang golongan darah sebelumnya gue cerita kalau golongan darah gue sempat berubah dan gue berpikir itu adalah hal keren. Sekarang gue ngerasa perubahan tersebut adalah hal yang mengkhawatirkan.




Hari sabtu kemaren di kampus gue ada kegiatan donor darah masal dalam rangka ulang tahun angkatan gue. Sebagai orang dermawan yang ga sombong dan ga suka bilang-bilang kedermawanannya di media sosial, gue pergi ke tempat donor dengan hati yang gembira. Gue buru-buru daptar, isi formulir, dan ngantri dengan cakep. Setibanya di pengecekan HB, gue ditanya ama ibu-ibu petugas

"Golongan darahnya apa?"
"Uhh, di cek aja bu" jawab gue ragu
"Katanya udah pernah donor?"
"Ga yakin bu, suka berubah"
Si ibu diem, orang-orang yang ngantri disekeliling gue pada ngeliatin, gue senyum pepsodent. Mungkin di pandangan mereka gue sekarang bagai makhluk yang tidak jelas golongan darah dan jenis kelaminnya.

Gue tahu, menurut ilmu biologi normal, golongan darah seseorang ga mungkin bisa berubah. Tapi kejadian berubahnya golongan darah gue dari yang dulunya gue donor pake kartu donor O yang setelah bertahun2 kemudian diganti dengan kartu donor B cukup bikin gue syok. maka setelah melihat si ibu mencentang kolom golongan darah B gue lalu berpikir ..... jangan-jangan golongan darah gue memang B.

Gue mikir agak lebih lama. Apa bener golongan darah gue B? terus selama ini kenapa gue donor pake kartu donor O? terus gimana nasib kantong-kantong darah O gue itu? apakah telah berhasil membunuh sejumlah orang berdarah O yang sudah ditransfusi darah-ternyata-B gue? atau darah-darah gue udah dibuang aja setelah membusuk karna ga cocok dengan kantong darah O? gue ga tahu.

Perasaan gue mengawang lebih jauh, dan mulai terganggu dengan silsilah perdarahan di keluarga gue. Nyokap gue bergolongan darah O, Abang gue berdarah O, cuma bokap yang belum diketahui pasti apa golongan darahnya. Maka gue berusaha mencocok-cocokan sifat dan kepribadian gue dengan bokap. Gue berargumen bahwa gue rajin kayak bokap gue, kulit gue juga item kayak kulit bokap, gaya gue kalo lagi ngamuk mirip ma gaya bokap. Pokoknya gue berharap golongan darah kami memang cocok, setidaknya dari sifat bawaannya.

Dan bersamaan dengan tetes darah terakhir yang mengalir dari jarum kantong darah gue, gue galau setengah mati.

By The Way, Gue bertambah tua lagi.

Dan seperti setiap ulang tahun, gue berharap usia 22 tahun gue menjadi usia yang lebih baik, lebih produktif, dan lebih ga aneh-aneh.

Dan seperti setiap ulang tahun (di IPDN), perayaannya suka 'meriah'. Banyak tawa dan tepuk. Terutama kalau si tersangka mulai disiram air (jangan tanya air apa).

Eksekusi #22 gue pertama waktu sore. Pas gue tidur jam 5.an gue kebangun dan ga sengaja mendengar rencana penyergapan gue. Gue masih tutup mata, sengaja dengerin rencana mereka, sayup-sayup gue denger seseorang berkata kepada yang lain "elo berdua dari kaki ya, elo dari kiri, gue entar tahan dari kanan sekalian bekep kepala dia biar ga tereak". Sesaat gue berasa ada di film S.W.A.T. Kejadian selanjutnya, terjadi kejar-kejaran yang berujung gue disergap, diseret, diiket, dimandiin, disholatin. Oke, untung saja yang terakhir ga jadi dilaksanakan.

Salah seorang temen gue yang mungil, senda, sempat kelempar sejauh 5 KM setelah berusaha menghadang gue. (Senda, kalau elo baca tulisan ini, gue beneran minta maap. cupmuach). Sampai akhirnya gue tumbang dan mental kepohon setelah nabrak kebo Tangerang bernama Faris.

Eksekusi selanjutnya dilaksanakan malam hari, sebagai "penutup" tanggal 10 desember, Gue diikat di kursi dan ditinggal di kamar mandi tanpa sehelai kainpun menghalangi tubuh gue yang indah, Bersama sebuah laptop yang sengaja diputarkan film-film yang ga kalah telanjangnya sama gue. Tujuannnya, jelas, mengganggu kedamaian tidur Si Otong. Tapi usaha mereka gagal, nice try dude.

Acara berakhir setelah lewat jam 12 malam ada yang ngelempar gunting ke deket gue. Untung saja, itu gunting ga salah mendarat dan memenggal si Otong.

Anyway, everyone got very happy. Mereka ketawa seneng, gue dongkol setengah mati. Tapi apa daya, di hari hak asasi manusia di cabut, gue cuma bisa terima-terima. Lagian itu yang gue lakuin kepada mereka di hari ultah mereka sebelum dan sebelumnya.

Malam ini, gue ngerayain ultah bersama temen-temen kares malang madya, nindya dan wasana. Segalanya berjalan lancar dan berperi kemanusiaan. Ada acara potong kue dan tiup lilin. Mirip pesta ulang tahun anak manusia.

One smoothy nice thing, gue dapat sesuatu yang ga pernah gue dapat di hari ultah gue. dari keluarga gue..


See that, My family got warmer anyhow.

See her, thats my mighty mom. Can describe how much i miss her

See her, the small one, that alien got a little prettier, but still tengil and dont know how to face in front of camera.

Thanks all. Thanks for the things. Thanks for the prays.  i love you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar