Kamis, 27 November 2014

Suatu Hari di Bulan Agustus, Suatu Pagi di Kawah Ijen.....

Pagi itu gue menerima perintah dari Komandan Jenderal Pasukan Pedagang Rokok (Danjen Pasang Rok) M. Zainudin untuk pulang dari Pasrujambe-Randuagung (37 KM) dalam waktu sepuluh menit. Permintaan yang bahkan Rafael Nadal pun tidak akan mampu untuk itu. (eh, dia pembalap bukan sih?). Ini semua karena kedodolan gue yang lupa kalo hari itu, hari yang gue sama temen-temen sepakati untuk naik ke kawah ijen, adalah hari dimana ada acara halal bi halal hos.cokroaminoto. Dan gue berani janji ke mereka bakalan pulang jam sebelas karena yang gue denger acara halbil dimulai jam delapan. Tapi yang namanya kumpul 'keluarga', suka bikin lupa waktu (dan lupa diri). You know, nothing better than a big big family gathering. terutama saat gue tahu kalau hari itu hari ulang tahun Tio, semua jadi beringas, air liur mengalir di bibir. IKAT DIA, ANAK-ANAK!

Ngomong-ngomong, terimakasih banyak buat keluarga Abimanyu, n HBD Tio. Wish you all the great, dude :)

Lanjut


Untunglah gue pernah menjadi pembalap nasional kelas sepeda ontel dan berhasil mendarat dengan selamat di randuagung dalam...... tiga jam. muehehee. Sesampainya di randuagung udah jam empat sore, gue langsung masukin beberapa makanan, minuman dan cacian dari mereka yang udah nunggu dari jam sebelas siang ke dalam tas carrier. Nyokap gue emang baik banget. You know, pas gue minta tolong nyokap masukin dua ketupat ke dalam tas, ternyata ternyata nyokap masukin dua belas ketupat, plus 6 biji telor rebus, dan kecap manis cap sate. "dibagi sama teman-temannya, siapa tahu mereka lupa bawa". 'siapa tahu mereka lupa bawa', yeah, you are always the greatest, mom. :')

Berangkat ke Bondowoso, hari udah jam lima. Sore itu, langit terasa indah.

Perjalanan gue ditemenin enam remaja tanggung (dibilang desa gayanya harajuku, dibilang kota style belum nyampe) menuju Kawah Ijen diawali dengan nyetir motor Lumajang-Bondowoso, 92 KM. Kita istirahat isi bensin di POM Bondowoso karena itu adalah POM BENSIN TERAKHIR, juga MAKAN CILOT TERAKHIR. Dan perjalanan dilanjutkan ke pos Paltuding, 68 KM, lewat hutan-hutan. Kalau cukup beruntung (baca : engga nyasar) anda tidak akan melalui sawah. Sampai di Paltuding jam di tangan gue menunjukkan pkl 23.11WIB. Disini kita numpang tidur di tenda PMI yang dibiarkan kosong. Brrrrrrrrr....

Yang berkesan dari perjalanan panjang ini, selain bisa bikin pantat jadi sixpack, adalah setelah secara tiba-tiba, entah bagaimana motor kami sampai di sawah-sawah, dan harus nyebrang sungai.  "Wah, jauh sekali nyasarnya, mas. Harusnya belok kiri di simpang jalan besar tadi. Kok bisa sampai disini, tanya siapa mas?" kata warga yang gue tanyai, "Google Map!" jawab gue, PD, padahal lagi nyasar. khukhukhuu

Tips perjalanan menuju Kawah Ijen (Lumajang-Paltuding) ala iBor :
1. Siapkan pantat yang bugar
2. Bagi pejalan kaki siapkan kaki cadangan. Minimal selusin
3. Penuhi tangki bensin dengan air bensin, bukan dengan air kencing (pokoknya jangan)
4. Gue bingung dengan cara kerja Google Map, dia bisa mengidentifikasi mana jalan mana bukan jalan, sekalipun jalan setapak, sekalipun jalan setapak menuju sawah-sawah. !. Mending tanya orang atau bawa kuali isi air kembang. Seriously
5. Carilah teman perjalanan yang mau diajak gantian nyetir.. T_T

..............................................................................................................................................................

"Ndan, mau naik ke kawah jam berapa?" tanya gue ke Danjen Pasang Rok kebanggaan. Pagi itu gue bangun lebih awal
"hmm... jam satuu ajahh.... hmm... tadi kan udah diomongin" jawab dia, setengah ngigau (setengah lagi ngiler)
"yaudah ayok"
"emang sekarang jam berapaaaah?"
"jam dua lewat sepuluh"
"Hah? woi woi, bangun woi" kata dia, panik
"hoamm" satu per satu mereka terbangun, menguap dengan indah
"hmmmmmbbrrttt" bunyi serangan fajar

Pagipun berlangung panik, dan bau....

Jam dua pagi kita buru-buru berangkat ke bibir Kawah, dengan tekad bisa foto dengan Blue Fire. Sampai di kawah, emang ada Blue Fire, emang sih bisa foto, tapi kok Blue Fire ga keliatan di foto? KAMERANYA BUKAN DSLR... oh, nasib.

Jalan ke kawah cukup bagus, mulus, kayak pahanya Nagita Slavina sebelum tumbuh bulu. mungkin karena jalan ini emang biasa dilalui para penambang belerang. Jadinya gampang dan enteng untuk di didaki. Sepanjang jalan gue melihat banyak pendaki amatir yang mencoba mengisi liburan dengan naik gunung. Gue lihat ada beragam bentuk dan warnanya. Ada yang celana jeans komprang pake singlet, ada yang Skinny Jeans warna Pink kacamata gelap, dan adapula yang pake hotpans bahan jens biru. Entah apa yang  dilakukan cewek ini di gunung dengan hanya hotpans di selangkangan. Mungkin, masa kecilnya dibesarkan oleh kepiting laut, yang ga ngerti bedanya pantai sama gunung. gue, melihat pemandangan ini, cuma bisa berharap nih cina-hotpans-pendaki-gunung ga diculik macan buat diemut.

Jam masih setengah lima, di bibir kawah yang rame banget (sekilas senter2 terlihat lebih mirip pasar malem pake strongking) gue menunggu dengan setengah menahan meler, tidur nyelempit diantara celah-celah dinding kawah biar ga terus-terusan kena angin. Gue berasa jadi bangsa Tsamud.

Matahari mulai terbit, dan gue memutuskan untuk menghangatkan badan dengan jalan-jalan cari titik tertinggi dari bibir kawah, berharap bisa mendapat sesuatu dari sunrise pagi ini. Disini, lagi-lagi, gue terdiam sejenak, termenung, dan tersentak akal dan batin atas keindahan alam yang Tuhan hamparkan di depan mata ini. Duduk terdiam di bibir kawah, kembali menatap takjup sebentang kawah berwarna hijau tosca, berlatar barisan pegunungan dengan cahaya pagi yang sayup beranjak terang, mengkilatkan cahaya-cahaya dari dasar kawah. Lagi-lgi gue berpikir, "apa yang gue cari ke gunung" sekarang terjawab. The infinite serenity.

Mata terus terpaku terpukau, Matahari yang terus meninggi, angin berkecamuk, mengusir awan menampilkan sosok-sosok penambang belerang di lingkaran kawah yang mengumpulkan belerang dari sumber belerang di sekitar kawah, lalu mengangkutnya dengan keranjang, dengan tubuh ringkih nan tua, berjalan menuruni Gunung Ijen untuk ditimbang dan menerima upah yang tak seberapa. Sebagai seorang yang sentimentil hati gue agak lirih melihat pemandangan bapak-bapak ini.
Engga tega aja. Disisi lain pekerjaan mereka yang berat dan berbahaya posisi mereka diremehkan oleh sebagian orang lain. Mereka, bukan seonggok daging yang seharusnya di hina. Mereka, manusia bermartabat yang menghindarkan diri dari kenistaan meminta-minta, mencari nafkah meski harus bertaruh jiwa. Mereka mungkin tidak akan hidup lebih lama dari seharusnya. Gas Sulfur tentu telah memberikan damage serius untuk kesehatan paru-paru. But, they dont complain. They even Never care about what will happen to their health. All they know is to work and paid. Demi cinta mereka, demi keluarga mereka.

Keindahan dan kearifan ini, adalah harta karun pada pendakian gue kali ini. Andai manusia tahu, andai manusia mau sedikit melihat, dunia tidak selalu dipenuhi oleh sampah, atau orang-orang yang berkelakukan sampah, lalu kita bisa bersama-sama melihat setitik surga yang Tuhan turunkan di bumi Pertiwi, maka mungkin manusia akan sadar, keindahan hidup belum lah sirna.

...................................................................................................................

Sebelum pulang gue beli dua buah suvenir yang dijual di bibir kawah sebagai oleh-oleh. Satu buat di kamar gue, satu gue pengen gue kasih koala.

Ternyata, banyak kejutan yang diberikan oleh suvenir belerang ini yang indah dan sekaligus mengerikan. Selain gampang pecah (banget),  belerang juga memberikan aroma yang teramat khas. Khasnya itu ya ..... khas. Khas belerang. Ada yang ga tau bau khas belerang gimana? coba cari kucing betina. Pastikan kucingnya lagi hamil dan pengen kentut, pas dia kentut, nah, rasakanlah sensasinya. Pas gue berikan hadiah gue ke koala, gue minta dia buka kotaknya sambil tutup hidup. "Demi kebaikanmu". Tapi koala engga mau nurut, dia buka aja kotaknya tanpa mau nutup hidung, dia koma tiga minggu.

Belerang ini juga akhirnya bikin gue repot. Oleh-oleh yang pengen gue kasih ke koala ternyata pecah tujuh bagian asimetris! yap, pecah! ini mau dijadiin hadiah kok malah PECAH? Tuhanee... jadilah gue berusaha keras menyambung belerang-belerang itu, membuatkannya kotak, dan membawanya dengan penuh kehati-hatian. Hasilnya, GAGAL. Sesampainya di rumah koala si belerang malah beranak jadi sembilan bagian. Sial.

Tips membeli Suvenir belerang :
1. Sediakan tempat yang aman, tahan banting, tahan goyang, kalo perlu juga tahan gempa dan tsunami. Hiasan belerang sangat mudah pecah.
2. Belerang yang pecah hanya bisa disambung dengan cara sublim (digaskan-keraskan lagi). Tidak bisa dengan lem Alteco atau Kastol. Sumpah demi Tuhan engga bisa.
3. Jika menyimpan belerang dalam kotak, maka berhati-hatilah saat hendak membuka kotak. Saya sarankan untuk memakai masker 70 lapis! ingat prinsip kentut : Sekali keluar sekali membunuh (one shot one kill)!

Gue, dan....

Komandan Jenderal Pasukan Pedagang Rokok (Danjen Pasang Rok) kebanggaan
Sarapan Pagi(-pagi buta) Bekal dari Nyokap : Ketupat, Lontong, Telor, dan Kecap Manis Cap Sate.

AI.. HEV... LONTONG... TU... BAIT.... Geeh hehehe. (Zombies Laugh)

Selfie Kawah-fie

Nofie (yang ini emang bener namanya)
"Sayang, Terimalah Cintaku, atau Aku akan melompat ke Kawah dan Menjadi Gule"
Masa Kecil Kurang Imunisasi

Ramenyoo..

Souvenir Khas Kawah Ijen. Indah, Murah, Bau Kentut

DEAL WITH IT!

Ini kita lagi bergaya Boyband. Coba tebak siapa yang mirip Bisma? (GAK ADA!!)

IJEN CRATERRR

Jam delapan gue turun dari bibir kawah dengan sedikit berlari, 'full speed', seperti kesukaan gue. Nyampe di pos Paltuding langsung pulang. Agak keburu emang, karena gue udah janji ada Date hari itu. Di tengah jalan pulang dari paltuding gue sempet perhatikan sebelah kanan ada sesuatu yang menarik, rame dan kayanya keren. Ternyata ada spot yang lumayan kece. Bentuknya sungai air panas, dan karena konturnya panjang dan tinggi jadi kelihatan kayak air terjun panas, atau air panas terjun, atau terjunan air panas, atau air panas yang diterjunin? ah bodo amat. pokoknya gitu.

Another Spot to Visit

Mangan Sek Rek ndek Warung Bondowoso. Aselolee..

Perjalanan pulang, gue merasakan excitement ketenangan hati maksmial. Gue ada janji sama Koala buat maen bareng. Setelah sampai di rumah sekitar jam satu, gue langsung mandi, fitting depan kaca and....... "gue siap untuk kencan hari ini"
^^



.
.
.
.
.
.
.
.

BONUS !!!!
Kayang Everywhere edisi Kawah Ijen....



Kayang Everywhere. Tada!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar